Nasional

‘Islam Nusantara dalam Konteks’, Upaya Pengonsepan dan Teorisasi Islam Nusantara

Jum, 9 Maret 2018 | 14:30 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Buku Islam Nusantara dalam Konteks merupakan respon terhadap orang-orang yang mempertanyakan teori daripada konsep Islam Nusantara. Sehingga nantinya konsep Islam Nusantara memiliki ‘pijakan’ yang jelas dan tidak dianggap sebagai sebuah konsep yang hanya reaktif belaka.

“Reaktif dalam pengertian bahwa itu didorong oleh persoalan-persoalan seperti kepentingan bersifat politik atau persoalan identitas dan lainnya,” demikian disampaikan Penulis buku Islam Nusantara dalam Konteks Syafiq Hasyim di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC) di Ciputat Tangerang Selatan, Jumat (9/3). 

Melalui buku ini, Syafiq mengemukakan argumen bahwa Islam Nusantara itu memiliki teori pijakan. Di Samping Itu, ia juga memaparkan beberapa persoalan dan tantangan yang dihadapi Islam Nusantara di kemudian hari seperti perubahan iklim, lingkungan hidup, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender), radikalisme, ekstremisme, dan lainnya. 

Ia mempertanyakan apakah Islam Nusantara mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin rumit tersebut.

“Selama ini kita masih berkutat pada isu-isu yang sifatnya fiqhiyyah dan reaksioner,” tambahnya.

Menurut Syafiq, persoalan-persoalan tersebut dihadapkan dengan upaya konseptualisasi dan teorisasi Islam Nusantara sehingga jika nanti konsep Islam Nusantara menjadi sebuah teori yang mapan maka ia akan mampu memberikan jawaban atas tantangan tersebut. 

“Secara tidak langsung akan mendatangkan NU pada konteks yang lebih kuat,” tegasnya

Ia berpendapat, konsep Islam Nusantara itu sebetulnya sudah ada jauh sebelum ‘dicetuskan’ beberapa tahun yang lalu. Misalnya konsep Pribumisasi Islam atau Islam Pribumi yang ditawarkan oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Dalam konsep ini, Islam dipandang sebagai ‘sebuah aliran air dalam sebuah sungai besar’ yang mampu menampung aliran ‘sungai-sungai kecil.’

“Arus-arus kecil ini kemudian masuk dan larut ke dalam aliran besar, dimana arus kecil ini tidak merubah esensi dari aliran besar itu,” terangnya. (Muchlishon)