Nasional

Istighfar, Suka Nyinyir Tanda Penyakit Mental

Sab, 10 September 2022 | 16:00 WIB

Istighfar, Suka Nyinyir Tanda Penyakit Mental

Ilustrasi istighfar.

Jakarta, NU Online
Kata nyinyir biasa disematkan pada orang yang cerewet, banyak mulut, dan gemar bergosip. Jika diamati, nyinyir kira-kira dapat diartikan sebagai sifat seseorang yang gemar memberikan komentar negatif yang didasari rasa iri kepada berbagai hal yang dialami atau dimiliki orang lain.


Meskipun nyinyir atau iri merupakan perasaan manusiawi, namun, menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di RSU Yarsi, dr Citra Fitri Agustina, nyinyir berlebihan adalah salah satu sifat dari orang yang mengalami gangguan kejiwaan seperti gangguan kepribadian (personality disorder).


“Perbanyak istighfar, jangan dibiarkan berlarut-larut karena iri akan mengganggu kejiwaan seseorang,” ungkap dr Civi, sapaan akrabnya, kepada NU Online, Sabtu (10/9/2022).


Dampak negatif iri hati, jelas dr Civi, adalah mengacaukan kehidupan diri sendiri. Ketika seseorang mempunyai sifat iri maka akan sibuk memikirkan urusan orang lain. Padahal urusan dan kehidupan diri sendiri saja masih banyak yang perlu dibenahi.


“Mereka yang memiliki sifat ini cenderung mudah stres karena merasa tersaingi dan merasa mudah dikalahkan,” jelas dokter dari Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) itu.


Tak hanya itu, dr Civi juga mengatakan, mereka yang iri selalu berprasangka buruk terhadap orang lain sehingga sulit untuk tenang. “Mereka akan gelisah dan resah ketika melihat orang lain bahagia,” ungkapnya.


Karena sering gelisah, sambung dia, seseorang yang suka nyinyir atau iri hati lebih condong bersikap arogan. Hal ini membuatnya menjadi tidak ramah serta mudah kesal dengan orang lain.


“Saat memiliki rasa iri di dalam diri, timbul rasa benci yang besar terhadap orang lain. Padahal, kenyataannya mereka yang dibenci tidak melakukan kesalahan apapun pada kita. Itu sering terjadi,” ujarnya.


Meskipun bibit rasa iri wajar dimiliki setiap orang, namun dr Civi berpendapat bahwa seyogianya setiap orang menghindari rasa itu. Caranya dengan membiasakan diri berpikir dan bersikap positif.


“Biasakan husnudzan, perbanyak mengikuti kegiatan-kegiatan positif, dan jangan biasakan mengomentari kehidupan orang lain,” terangnya.


Melansir artikel keislaman NU Online berjudul Cara Menghilangkan Rasa dengki dan Ujub, Imam an-Nawawi menjelaskan, cara menghilangkan sifat iri yaitu dengan menyadari bahwa hikmah Allah lah yang menghendaki adanya karunia tersebut.


“Maka sepatutnya ia tidak menyanggah dan membenci hikmah yang telah Allah kehendaki dan tidak Allah benci,” tulis Imam an-Nawawi dalam kitabnya berjudul at-Tibyân fî Adâb Hamalati al-Qur`ân, Dar el-Minhaj, halaman 70.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori