Nasional HARI SANTRI 2019

Jadi Apa Saja, Santri Tetaplah Santri

Kam, 19 September 2019 | 17:23 WIB

Jadi Apa Saja, Santri Tetaplah Santri

Sejumlah santri jelang Muktamar ke-33 NU di Jombang. (Foto: NU Online/Ibnu Nawawi)

Jakarta, NU Online
Sudah tidak lagi dapat terhitung masyarakat Indonesia yang telah mengikuti pembelajaran di pondok pesantren. Pasalnya, jauh sebelum negeri ini lahir, pesantren sudah eksis sebagai sebuah institusi pendidikan yang tidak hanya mengajarkan keagamaan, melainkan juga berbagai bidang pengetahuan lain.
 
Tidak aneh jika banyak bermunculan alumni pondok pesantren yang berkiprah di berbagai bidang. Tidak hanya di bidang keagamaan dan pendidikan, santri juga meniti karir sebagai diplomat, advokat, hingga wakil rakyat.
 
Namun, setinggi apapun jabatan dan prestasi yang tengah dan telah diraih oleh santri, mereka tetaplah santri. 
 
“Tidak ada mantan santri itu. Kita bisa menjadi apa saja tetapi tetap kita hakikatnya adalah santri,” ujar H Lukman Hakim Saifuddin saat meluncurkan peringatan Hari Santri 2019 di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama Republik Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (19/9).
 
Pasalnya, lanjut Lukman, identitas santri akan terus melekat sepanjang hayat. “Santri itu predikat yang melekat pada diri kita dan terus sampai ajal memisahkan kita,” katanya.
 
Peringatan Hari Santri tahun ini mengangkat tema Seribu Cahaya Santri untuk Perdamaian Dunia. Penentuan tema ini tentu saja bukan tanpa alasan. Ia menjelaskan bahwa perdamaian merupakan sebuah keniscayaan dan kebutuhan di tengah globalisasi yang sarat akan kompetisi ini.
 
“Oleh karenanya, peringatan hari santri dimaksudkan agar setiap santri sebagaimana yang selama ini kita semua para santri senantiasa kita dapatkan dari kiai-kiai kita, dari guru-guru kita, dari semua orang yang berkegiatan di pondok-pondok pesantren semuanya mengajarkan agar kita menebarkan rahmat bagi alam semesta ini,” ujar putra KH Saifuddin Zuhri ini.
 
Lukman berharap para santri dan pesantren dapat terus memegang teguh nilai-nilai inti ajaran Islam sehingga dapat menjalankan amanah dengan baik.
 
“Mudah-mudahan para santri kita, pesantren-pesantren kita tetap mampu memegang nilai-nilai substantif dari ajaran Islam itu sendiri, dan mudah-mudahan kita senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah SWT agar terus berkemampuan menjalankan amanah yang ada pada diri kita masing-masing,” pungkasnya.
 
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman M Fachir yang juga pernah menempuh studi di Pondok Pesantren Gontor. Hadir pula untuk meriahkan malam peluncuran itu Husein ‘Idol’ Alattas, Nada Sikka dan Orchestra, Iksan Ais Nusantara, dan sejumlah santri dari berbagai daerah.
 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Ibnu Nawawi