Nasional

Jihad Kekinian, Jihad Melawan Kemiskinan dan Kebodohan

Sel, 18 November 2014 | 02:01 WIB

Solo, NU Online
Dahulu di zaman Rasulullah saw maupun ketika KH Hasyim Asy’ari menyerukan untuk melakukan jihad fi sabillah, bentuknya dilakukan dengan cara peperangan melawan kaum penindas dan penjajah. Umat Islam pun dengan penuh semangat menjalankan perintah itu.
<>
Namun, kini Indonesia telah merdeka dan hidup dalam alam damai. Tiada lagi desingan peluru maupun ledakan granat yang mengancam keselamatan warga. Dari situ kemudian memunculkan pertanyaan: di era sekarang masih adakah jihad dengan cara peperangan di Indonesia?

“Indonesia bukan (lagi) wilayah konflik (peperangan). Jihad yang dilakukan seharusnya bukanlah dalam perang fisik. Melainkan penerapannya dalam konteks kekinian. Tindak kekerasan seperti pengeboman tidak dibenarkan dari sisi manapun,” kata Pengasuh Pesantren Pemikiran Islam Darul Afkar Klaten, Syamsul Bakri, Jumat (14/11).

Menurut Wakil Ketua PCNU Klaten itu, bentuk jihad yang paling relevan di era masa kini adalah pemahaman keagamaan dalam konteks sosial yang memiliki makna pembebasan. “Pembebasan masyarakat dari kemiskinan, penindasan, kebodohan, dan kepicikan dalam berpikir,” ujar dia.

Syamsul menambahkan, jihad tetapkah penting sebagai fondasi bangunan sebuah negara. “Tanpa jihad, fondasi kenegaraan akan mudah roboh. Dalam hal ini jihad menjadi senjata bagi umat Islam untuk melakukan pembelaan terhadap negara,” terang Dosen di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAIN Surakarta itu.

Senada dengan Syamsul, Ketua PCNU Kota Surakarta Helmy Ahmad Sakdillah menegaskan bahwa membela negara merupakan bagian dari ajaran agama. “Jadi wajib hukumnya menjaga NKRI dari gangguan internal maupun eksternal,” terangnya.

Menurutnya, penanaman nasionalisme juga merupakan sebuah hal yang penting. Helmy mencontohkan, contoh kecil dari penanaman nasionalisme semisal dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam sebuah acara pengajian. (Ajie Najmuddin/Mahbib)