Nasional

Kaleidoskop 2020: Deretan Dubes Timur Tengah ke PBNU Bahas Perdamaian

Sab, 26 Desember 2020 | 06:10 WIB

Kaleidoskop 2020: Deretan Dubes Timur Tengah ke PBNU Bahas Perdamaian

Duta Besar Suriah Abdul Munim Annan berkunjung ke Kantor PBNU pada Kamis (12/11). (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Pada 2020, beberapa Duta Besar negara-negara Timur Tengah mengunjungi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Pada kesempatan tersebut, mereka mendiskusikan perdamaian yang menjadi perhatian NU di dunia internasional.

 

Arab Saudi
Atase Agama Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Syekh Ahmad Isa al-Hazmi, misalnya, mengundang PBNU untuk bertemu Menteri Agama Arab Saudi mengingat peran NU yang sudah diakui dunia internasional. Hal itu disampaikan saat kunjungannya ke Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Rabu (5/2).


Di bulan kelima, Atase Agama Kedutaan Besar Kerajaan Saudi Arabia untuk Indonesia yang baru, Syekh Ahmad Al-Hadzamy, langsung membuka silaturahim dengan PBNU pada Rabu (13/5).

Penerjemah PBNU H Ahmad Sudrajat menyebut kedatangan Syekh Ahmad Al-Hadzamy adalah sebagai bentuk bersilaturahim menyambung komunikasi pejabat atase agama Kerajaan Saudi Arabia sebelumnya. “Tugas atase lama selesai dan yang baru ingin membuka komunikasi melanjutkan kerja sama baru dengan berharap ada program yang bisa disinergikan,” katanya.


Mesir

Duta Besar Mesir untuk Indonesia Ashraf Sulthan juga berkunjung ke PBNU pada Selasa (11/2). Kedatangannya tersebut diakui sebagai upaya menyambung hubungan dengan NU sebagai tandem Al-Azhar yang bergerak dalam menyemai Islam moderat.


"Kita sependapat, kita satu sikap. Nasib kita sama," ujar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.


Lebih lanjut, Kiai Said juga menyampaikan bahwa penyemaian Islam moderat harus selalu diupayakan bersama. Sebab, kesatuan, persaudaraan, dan solidaritas merupakan senjata ampuh dalam mewujudkan visi tersebut.


Sebagaimana Indonesia tanpa NU, kata Kiai Said, pemahaman Islam di Mesir tanpa Al-Azhar bisa berubah menjadi liberal atau konservatif.


Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu juga menyampaikan dawuh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari bahwa mati dalam perjuangan membela tanah air adalah syahid. Ashraf pun langsung mengangkat kedua jempol tangannya sembari berucap, "Sahih. Sahih."


Palestina

Pemerintah Palestina melalui Duta Besarnya untuk Indonesia, Zuhair al-Shun, mengundang Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menjadi pembicara Diskusi Virtual pada Senin (29/6). Dubes meminta Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah untuk menyampaikan pesan perdamaian sebagai respons atas serangan tentara Israel kepada masyarakat Palestina beberapa waktu yang lalu. Dubes Zuhair al-Shun menyampaikan maksud tersebut saat menemui Kiai Said di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (22/6) siang.


Zuhair al-Shun menuturkan, tujuan menghadap Ketum PBNU semata untuk memperkuat hubungan PBNU dan Palestina sekaligus ingin mengundang alumnus Universitas Ummul Qurra tersebut menjadi pembicara pada pertemuan virtual yang akan diselenggarakannya.


Selain itu, kehadirannya juga dalam rangka memohon agar PBNU ikut terlibat menolak aksi penjajahan Israel. Zuhair al-Shun menerangkan, Palestina adalah negara yang sah atas kepemilikan tanah di sekitaran Masjid Al-Aqsa.


“Kami mengundang Kiai Said jadi pembicara perdamaian sekaligus mendorong ikut serta menolak penjajahan. Kita, Palestina pemilik sah tanah tanah para nabi tanah yang disucikan. Kita semua sepakat terhadap itu,” kata dia kepada para wartawan.


Atas berbagai serangan yang terjadi, lanjutnya, masyarakat Palestina merasa terancam dan terguncang. Dia memohon kepada umat Muslim Indonesia agar diberikan kekuatan dan keselamatan.


Merespons hal itu, Kiai Said menegaskan, umat islam Indonesia terutama PBNU selalu bersama masyarakat Palestina. “Qulubuna ma'ahum, hati kita selalu bersama masyarakat Palestina,” tuturnya.


Selanjutnya, yang memiliki kebenaran atas berbagai polemik teritorial adalah masyarakat Palestina. Palestina pun sudah membuka pintu perdamaian, namun, justru Israel yang menutup pintu perdamaian tersebut.  “PBNU selalu bersikap tidak berubah mengutuk penyerobotan tanah walau sejengkal apalagi satu wilayah,” ungkapnya.


Suriah

Tak ketinggalan, Duta Besar Suriah Abdul Munim Annan berkunjung ke Kantor PBNU pada Kamis (12/11). Dalam kesempatan tersebut, Abdul Mun’im menyampaikan keinginannya untuk mengetahui bagaimana Islam dan kebangsaan di Indonesia berjalan mengingat kondisinya senantiasa aman. Pasalnya, ia mengatakan bahwa saat ini ada yang berkepentingan memecah-belah negaranya dan membagi-baginya.


Kiai Said menjelaskan bahwa Indonesia terdiri dari ratusan suku. Penduduknya juga memeluk beragam agama. Semuanya tetap bersatu dalam bingkai kebangsaan. “Kesukuan dan keagamaan sudah selesai di Indonesia,” katanya.


Selain itu, Indonesia juga kedatangan tarekat dari berbagai negara. Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Sunan Ampel Surabaya ini menyebut ada lebih dari 40 tarekat yang berkembang di Indonesia. Di Mesir, katanya, hanya ada 14 saja karena yang berkembang hanya tarekat yang lahir dari negaranya saja, begitu pula di Maroko dan negara-negara lainnya.

Selain itu, Kiai Said juga menegaskan bahwa hubbul wathan minal iman yakni nasionalisme bagian dari iman. “Kamu Muslim wajib bernegara, kamu bernegara wajib beragama,” katanya.


Hal yang terpenting lagi, menurut Kiai Said, adalah akhlak. Soal akhlak yang paling mendasar adalah menjalin hubungan sosial secara baik.


Dubes Suriah pada kesempatan tersebut menggunakan peci berlogo NU yang diberikan langsung Kiai Said. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur Jakarta Selatan itu menyebut penampilan Dubes layaknya Sukarno, Presiden Pertama Indonesia. Di samping itu, Kiai Said juga mengatakan bahwa peci tersebut juga kerap digunakan oleh salah seorang ulama Suriah, yakni Syekh Taufiq Ramadhan al-Buthi.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin