Nasional

Lima Rekomendasi NU Peduli Tanggulangi Covid-19

Jum, 25 Desember 2020 | 15:55 WIB

Lima Rekomendasi NU Peduli Tanggulangi Covid-19

Nahdlatul Ulama turut mengedukasi masyarakat terkait kesadaran akan Covid-19 dan pencegahannya. (Foto: dok NU Peduli)

Jakarta, NU Online
Pemerintah harus memiliki perspektif yang sama dan melakukan konsolidasi ke lembaga maupun kementerian untuk mempercepat penanganan Covid-19. Salah satunya dalam memandang apakah untuk mengatasi Covid-19 harus menangani dari sisi ekonomi atau lebih mengedepankan sisi kesehatan, atau keduanya beriringan. Meskipun tentu saja, tidak ada artinya pemulihan ekonomi tapi mengabaikan kesehatan.

 

Hal itu menjadi salah satu rekomendasi yang disampaikan Ketua Pengarah Satgas NU Peduli, H Andi Najmi Fuadi dalam Webinar Tantangan Penanggulangan Covid-19 di Pesantren dan Masyarakat, Jumat (25/12) malam.

 

"Pemerintah harus melakukan konsolidasi menyamping baik ke kanan dan kekiri baik ke lembaga-lembaga dan kementerian. Harus ada persepkif yang sama," kata Andi Najmi.

 

Menurutnya sejak awal pandemi Covid-19 pemerintah tampak gagap dan terkesan tidak siap. Kebijakan loakdown dan PSBB misalnya diambil agak terlambat. Kota Tegal Jawa Tengah, dengan percaya diri menerapkan loakdown daerah, padahal keputusan itu ada di tingkat pusat. Lalu di DKI Jakarta juga tidak sesuai dengan penerapan yang dikehendaki pusat.

 

Kemudian, pemerintah juga harus melakukan koordinasi ke semua tingkatan; dari pusat ke daerah harus ada kata yang seragam. Misalnya kebijakan Kementerian Informatika (Kominfo) dengan SKBD di daerah harus sama. Demikian juga kebijakan dalam bidang pendidikan dari tingkat pusat harus disambut dengen perspektif yang sama oleh provinsi dan kabupaten.

 

Ketiga, kata Wasekjen PBNU ini, perlunya dibangun edukasi terkait Covid-19 dan penanganannya yang terus menerus. Di lapangan, sebut dia, tidak sedikit masyarakat yang abai bahkan tak percaya dengan adanya Covid-19.


Selain itu, ada stigma negatif terhadap orang yang positif Covid. Kepada orang-orang seperti itu, perlu dilakukan edukasi terus menerus di masyarakat hingga angkanya mencapai 70 persen, termasuk pemahaman bahwa Covid-19 itu bukan aib. Dengan demikian jika masih ada sampai 30 persen masyarakat yang masuk herd imunity, akan tergerus oleh 70 persen bagian yang meyakini adanya Covid-19. 


"Ini tidak boleh bosan untuk membangun kesadaran masyarakat terus menerus. Pemerintah sebagai dirijen dengan kolaborasi dengan seluruh masyarakat sipil termasuk NU," ujarnya.

 

Rekomendasi keempat, harus ada inovasi pembelajaran yang efektif dan efisien di pesantren. Tidak boleh adanya penolakan terhadap kehadiran perkembangan IT dipadukan dengan modal pendidikan yang konvensional. Pada awal Covid-19 ada pesantren yang mengambil sikap dengan memulangkan santrinya, ada juga pengasuh yang menerapkan meliburkan santrinya tapi tetap di dalam pesanten. Lalu ada pemulangan santri dengan protokol kesehatan atau tetap di pesantren. Tujuannya agar pembelajaran tetap berjalan efektif dan efisien.


Kelima, pemerintah perlu melakukan investasi dengan bangun insfrastruktur ke tingkat desa. Untuk mendukung pembelajaran online, misalnya, Kominfo bisa saja membangun infrastruktur digital sampai tingkat desa. Tujuannya, agar ketika lembaga pendidikan ingin melakukan kolaborasi dengan virtual tidak mengalami kesulitan seperti hilangnya sinyal.

 

Dalam bidang kesehatan, insfrastruktur yang dapat dibangun hingga ke tingkat desa, minimal ada pos kesehatan. Pesantren juga harus memiliki pos kesehatan. Investasi ini mungkin terhitung mahal pada awalnya. Tetapi pada tahun berikutnya hanya tinggal memelihara.

 

"Termasuk laboratorium di tiap kabupaten dan kota,  juga jika infrastruktur kesehatan berbasis digital disediakan, ini infestasi yang mahal di awal tapi murah di masa berikutnya," ujar dia.


Selain Andi Najmi, webinar menghadirkan Ketua LPBI PBNU M Ali Yusuf, Ketua RMI PBNU KH Ghaffar Rozin, Ketua NU Care-LAZISNU Achmad Sudrajat, Ketua Satgas NU Peduli dr Makky Zamzami. Webinar diadakan sebagai rangkaian edukasi yang diupayakan NU Peduli Covid-19 kepada masyarakat dan kalangan pesantren.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad