Jakarta, NU Online
Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) mendorong sejumlah kampus yang berada di bawah jamiyah ini agar menyikapi era Revolusi Industri 4.0 dengan melakukan berbagai pembenahan. Hal tersebut mendesak dilakukan agar kampus dapat bersaing dalam kancah global.
"PTNU harus sikapi Revolusi Industri 4.0 dengan melakukan pembenahan di dalam perguruan tingginya," kata Wakil Ketua LPTNU M Afifi di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (17/10).
Menurut Afifi, pembenahan dilakukan melalui perubahan cara kerja yang menitikberatkan pada pengelolaan data, sistem kerja industri melalui kemajuan teknologi. Juga komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja yang berkaitan dengan interaksi manusia.
"Data menjadi kebutuhan utama organisasi dalam proses pengambilan keputusan yang didukung oleh daya komputasi dan sistem penyimpanan data yang tidak terbatas," katanya.
Begitu juga dalam menciptakan sumber daya yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi, lanjutnya, diperlukan penyesuaian sarana dan prasarana pembelajaran. Yakni teknologi informasi, internet, analisis big data, dan komputerisasi, sehingga perguruan tinggi yang menyediakan infrastruktur pembelajaran tersebut.
“Dengan sejumlah adaptasi tersebut diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang terampil dalam aspek literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia,” ungkapnya.
Sejumlah terobosan tersebut mendesak dilakukan. "Terobosan inovasi akan berujung pada peningkatan produktivitas industri dan melahirkan perusahaan pemula berbasis teknologi, seperti yang banyak bermunculan di Indonesia saat ini," ucapnya.
Dikatakan Afifi, PTNU juga harus melakukan rekonstruksi kurikulum pendidikan tinggi yang responsif terhadap RI 4.0, seperti desain ulang kurikulum dengan pendekatan human digital dan keahlian berbasis digital.
“Sehingga, nantinya sistem perkuliahan berbasis teknologi informasi diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas,” jelasnya.
Oleh karena itu, melihat fenomena perubahan sosial pada era RI 4.0 yang sangat cepat ini, serta menyongsong usia satu abad NU pada tahun 2026 mendatang, PTNU dituntut mempunyai langkah inovatif dan harus berjalan terus-menerus.
Hal tersebut mutlak dilakukan agar NU tetap menjadi subjek (fa'il) atau produsen, bukan objek (maf'ul) atau konsumen di tengah perubahan. “Langkah itulah yang disebut KH Ma'ruf Amin dengan prinsip al-ashlah ilaa mahuwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah atau innovative and continous improvement,” ungkapnya.
Menurutnya, menjaga tradisi itu penting, mengadopsi dan selektif terhadap tradisi baru juga langkah yang tidak kalah penting. “Tetapi tetap berinovasi merupakan langkah yang sangat penting, sehingga peran NU sebagai subjek akan konsisten atau istikamah dalam keaktifan memberi manfaat untuk masyarakat," pungkasnya. (Husni Sahal/Ibnu Nawawi)