Nasional

KBPP-Hipakad Kritik Ormas Pemecah Belah Persatuan Akibat Pemilu 2019

NU Online  ·  Rabu, 29 Mei 2019 | 14:00 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPP) Bimo Suryono mengajak kepada seluruh masyarakat untuk berpikir lebih jernih dan dewasa menyikapi dinamika yang terjadi pasca pemilu 2019. Menurutnya, semua elemen bangsa berjasa atas terselenggaranya Pemilu yang aman dan tertib terutama aparat kepolisian.
 
Ia mengkritisi sikap sejumlah ormas yang melakukan berbagai aktivitas yang berpotensi memecah persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia. Aksi yang dilakukan pada 22 Mei lalu, kata Bimo, seharusnya tidak sampai ricuh yang mengakibatkan  beberapa massa berjatuhan termasuk aksi kerusakan di berbagai tempat.
 
"Bulan Ramadhan ini penuh maghfirah (ampunan) bulan penuh pengampunan jangan menciptakan golongan golongan kelompok kelompok yang berpotensi menjurus kepada perseteruan," kata Bimo Suryono saat menjadi narasumber pada kegiatan Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan oleh Lembaga Kajian Strategi Bangsa (LKSB) dan Rumah Millenial di Gedung PBNU Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (29/5).
 
Hadir pada kegiatan tersebut Bendahara Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ing H Bina Suhendra, Lembaga Kajian Strategi Bangsa (LKSB), Abdul Ghopur, Ketua Rumah Milenial, Sahat Martin, Ketua Umum Himpunan Putra Putri Angkatan Darat (Hipakad), Hariara Tambunan, Pendeta PGI, Rommy Sormin dan puluhan peserta dari berbagai kalangan.
 
Suryono mengungkapkan sikap profesional yang ditampilkan Polri dalam mengamankan persoalan pemilu justru berbalik serangan terhadap Polri itu sendiri. Padahal, Polri sudah bekerja secara maksimal dan penuh dengan tanggung jawab bahkan telah menaruhkan seluruh hidupnya untuk bangsa dan negara.
 
"Ya demo memang diperbolehkan tapi UU kan tidak membolehkan unjuk rasa sampai tengah malam, polisi justru mengulur waktu memberikan kesempatan untuk berbuka shalat dan tarawih. Namun setelah itu justru kericuhan terjadi dan massa menyerang polisi. Polisi itu sudah mempertaruhkan hidupnya loh, anak istri mereka tinggalkan 24 jam untuk keamanan bangsa ini," tuturnya.
 
Ia mengajak masyarakat untuk berfikir jernih dengan tidak menuduh secara berlebihan kepada pemerintah termasuk kepada aparat kepolisian. Demokrasi Indonesia, lanjut Suryono, telah mencapai prestasi yang baik karena mampu menyeimbangkan setiap agenda agenda yang berpotensi rusuh serta membuat keadaan menjadi mencekam.
 
Ia optimis Indonesia akan tetap utuh dan kuat selama kelompok masyarakat seperti NU-Muhammadiyah, Polisi dan TNI serta pemerintah bekerjasama dalam membangun Indonesia kearah yang lebih baik. Agar cita cita kemerdekaan untuk mensejahterakan rakyat dan memunculkan ketenangan di masyarakat terwujud.
 
Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Putra Putri Angkatan Darat (Hipakad), Hariara Tambunan, menuturkan sudah saatnya semua elemen bangsa bersatu dengan tidak saling menjatuhkan. Menurutnya, tidak baik setiap kelompok merasa paling memiliki kewajiban menjaga negeri sebab menjaga Indonesia adalah kewajiban bersama bukan oleh lembaga tertentu.
 
Ia kemudian meminta masyarakat untuk cerdas menyaring informasi yang beredar di media sosial karena kabar bohong terus bertebaran. Peristiwa tersebut, menurut Hariara Tambunan memunculkan pemahaman nasionalisme masyarakat semakin luntur.
 
"Untuk itu saya menyarankan kedepan pendidikan P4 di SD, SMP, bisa diajarkan kembali agar nasionalisme kita semakin kuat dan mengikat,"ujarnya.
 
Ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk menjaga Indonesia dari berbagai ancaman termasuk ancaman global terhadap kekayaan Indonesia.
 
"Indonesia itu kan kaya, negara besar, alamnya kaya kaya, banyak yang mau. Untuk itu kita jaga bersama," tuturnya.(Abdul Rahman Ahdori/Abdullah Alawi)Â