Nasional

Ke Wadas, Alissa Wahid: Hati Saya Sakit Melihat Ibu-ibu Menangis 

Sen, 14 Februari 2022 | 05:30 WIB

Ke Wadas, Alissa Wahid: Hati Saya Sakit Melihat Ibu-ibu Menangis 

Alissa pun menitip pesan kepada Beka Ulung Hapsara dari Komnas HAM. “Selain Komisi Perlindungan Anak, Komnas Perempuan harus kita ajak ke sini, supaya bisa berbincang-bincang dengan ibu-ibu. Komisi Nasional Perempuan,” harapnya.

Purworejo, NU Online

Koordinator Jaringan Gusdurian Hj Alissa Qotrunnada atau karib disapa Alissa Wahid mengunjungi Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (12/2/2022). Ia menemui warga baik yang pro maupun kontra penambangan di desa setempat, untuk menggali informasi lebih dalam, pascakericuhan antara aparat dan warga Wadas baru-baru ini.


Diberi waktu untuk memberi sambutan di depan warga yang kontra, perempuan yang juga ketua PBNU itu mengaku senang bisa mendengar yang terjadi secara langsung.


“Di sini, saya senang saya bisa mendengarkan langsung dari bapak-ibu. Karena informasi yang langsung inilah yang nanti akan menjadi bahan, bagaimana Jaringan Gusdurian terutama–para murid murid Gus Dur ini–bisa membantu bapak-ibu. Kemudian yang kedua, yang akan saya katakan kepada ketua umum PBNU,” ungkapnya di depan ratusan warga Wadas.


Putri Gus Dur itu mengaku hatinya ikut sakit melihat fakta di lapangan. “Hati saya ikut sakit tadi melihat ibu-ibu menangis. Saya membayangkan kalau keluarga saya yang di sini: masa depannya tidak pasti, datang harus menghadapi trauma-trauma seperti tadi. Jangankan memikirkan Makkah nggih, Bu…”


Nggihhh…” jawab ibu-ibu, kompak. Alissa pun melanjutkan.


“…memikirkan bulan depan kondisinya seperti apa saja, kita enggak ngebayangkan. Kemarin-kemarin hidup damai kok sekarang mesti ada teror, rasanya penuh ketakutan...”


Nggihhh….” Jawab mereka serentak.


“…Kalimat apa pun itu tidak bisa menggambarkan apa yang ada di hatinya ibu-ibu, saya tahu. Dan kalimat apa pun dari saya tentu juga tidak akan bisa menenangkan, menenteramkan ibu-ibu semuanya, saya juga tahu. Karena perjalanan kita masih akan panjang. Semoga Anda semua diberi kesabaran….” dukung Ning Alissa.


Amiiinnnn…” jawab warga.


“(Diberi) kekuatan”


Amiinnn.”


Kemudian Alissa pun menitip pesan kepada Beka Ulung Hapsara dari Komnas HAM. “Selain Komisi Perlindungan Anak, Komnas Perempuan harus kita ajak ke sini, supaya bisa berbincang-bincang dengan ibu-ibu. Komisi Nasional Perempuan,” harapnya.


“Nanti semoga teman-teman yang ada di sana itu juga bisa berkunjung, bisa mendengarkan dari ibu-ibu, sehingga lebih banyak yang menyuarakan, apa yang ada di hati dan pikiran ibu-ibu semua. Dan tentu juga dengan bapak-bapak,” pungkasnya.


Gubernur Jawa Tengah: Penambangan Sangat Bisa Dipindah

Sementara itu, dalam tayangan “Prahara di Desa Wadas” di program Rosi Kompas TV, 10 Februari 2022 pukul 20.30 WIB, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut penambangan batu andesit di Desa Wadas dapat dipindahkan ke lokasi lain. Hal itu diungkap setelah muncul pertanyaan kritis dari Rosiana Silalahi, sang pembawa acara.


“Soal Bendungan (Bener) di Kabupaten Purworejo, itu tidak ada penolakan sama sekali. ketika kami berbicara, ataupun liputan kami berbicara soal bendungan, itu disambut baik. Yang menjadi masalah itu penambangan batu andesit di Desa Wadas. Tadi sudah sempat dikemukakan oleh Mas Yayak: ’ya udah, pindah aja, cari daerah lain yang tidak menimbulkan konflik’. Bisakah masukan ini jadi pertimbangan, Mas Gubernur?” tanya Rosi.


“Sangat bisa ya Mbak, ya. Dan bukan tidak menjadi pertimbangan. Karena sudah ada pertimbangan-pertimbangan sebelumnya yang diberikan para ahli, begitu, ya. Ada daerah yang dekat di sana, ternyata kurang,” ungkapnya.


Ia berkeinginan, penjelasan para ahli yang sudah melakukan riset, sudah mengkaji lebih dalam itu didengarkan oleh semua pihak.

 

“Kalau kemudian ini bisa, mungkin akan bisa lebih memberikan gambaran secara luas. Sekali lagi saya juga bukan orang yang paham, yang jenius, pada soal seperti ini. Tapi saya coba memahami itu secara detail, dan proses ini sudah cukup lama, Mbak Rosi, sejak 2013,” terangnya.


Ganjar mengaku sudah mengkomunikasikan dari unsur pemerintah pusat sampai daerah. BBWS, BPN, katanya, termasuk sosialisasi kepada yang menerima dan menolak sudah dilaksanakan.

 

“Maka ketika kemudian terjadi seperti stagnan begitu, dan kemudian situasinya seperti ini, maka saya sampaikan, ya sudah, ayo kita rapat, dan saya komunikasi untuk kemudian mengambil alih karena kemarin ada yang menyampaikan,’ Pak Ganjar, tolong ini dibantu,’ begitu, dari pemerintah. Dan kemudian saya komunikasikan dengan berbagai pihak,” terangnya.


Kontributor: Ahmad Naufa

Editor: Alhafiz Kurniawan