Nasional Seri Ngaji Pasanan

Kedahsyatan Ilmu Imam Ghazali di Luar Nalar Manusia Biasa

Sen, 13 Mei 2019 | 15:30 WIB

Kedahsyatan Ilmu Imam Ghazali di Luar Nalar Manusia Biasa

Gus Mus saat mengisi pengajian Kelima Ngaji Pasanan Kitab Kimya as-Sa'adah

Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) mengungkap kedahsyatan ilmu yang dimiliki pengarang kitab Ihya Ulumudin, Imam Ghazali. Menurutnya, ulama sufi yang lahir di Thus, Persia tahun 450 Hijriah tersebut telah memiliki ilmu hakikah,  ilmu yang hanya dimiliki orang-orang ma'rifat.

Pernyataan itu disampaikan Gus Mus saat mengisi pengajian Kelima Ngaji Pasanan Kitab Kimya as-Sa'adah karya Imam Al-Ghazali di Pesantren Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (11/5) malam kemarin.

Ia menuturkan masyarakat awam pasti merasa tidak yakin dan tidak percaya bahkan akan mengganggap orang orang hakikah tersebut sebagai orang yang tidak waras. Hal itu tentu dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan masyarakat awam terkait dengan ilmu yang dimiliki ulama sufi seperti Imam Ghazali.    

"Ilmu Hakikoh itu Ilmunya Gusti Allah, jadi yang tidak ngerti tidak akan percaya, tidak akan yakin, ilmu hakikoh itu memang membuat takut, malah mereka dianggap stres sama orang lain karena bisa melihat berbagi makhluk hidup, bisa melihat alamul malakut," tuturnya.

Ilmu yang dipelajari oleh ulama sufi tersebut menurut Gus Mus tidak akan bisa dipahami oleh manusia biasa. Imam Ghazali mendapatkan ilmu itu karena tajribah atau berdasarkan pengalaman diri sendiri.

"Metode ini tidak bisa dipahami kecuali dengan tajribah, dengan pengalaman sendiri. Imam Ghazali itu masuk ke sana ketika ingin mencari tahu. Imam Ghazali memang semangatnya tinggi, keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan sangat luar biasa," ujarnya.

Sehingga hampir dipastikan semua kitab yang ditulis oleh ulama yang termashur abad pertengahan itu memiliki muatan yang dalam terkait dengan ruhaniyah. Di sisi lain, karangan Imam Ghazali selalu memuat berbagai lintas disiplin ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh semua umat manusia.  

"Makannya karangan Imam Ghazali macam-macam, ada fiqih, usul fiqih, tasawuf. Ilmu itu tidak dipelajari biasa seperti ilmu-ilmu lain, tidak bisa dipahami karena berdasarkan pengalaman sendiri," tambahnya.

Seperti diketahui, Imam Ghazali merupakan ulama sufi dunia yang sangat termashur dalam peradaban Islam. Ia pernah menjadi memegang jabatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad.

Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus, jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya. 

Karyanya telah memberikan banyak inspirasi para pemikir Islam untuk terus mempelajari Islam secara lebih dalam. Kitab-kitab yang ditulisnya itu telah disebar ke berbagai belahan dunia dan menjadi rujukan di berbagai pesantren di Indonesia (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)