Nasional

Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya

NU Online  ·  Jumat, 30 Mei 2025 | 12:00 WIB

Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya

Dzulhijjah bulan istimewa yang menyimpan hari spesial. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Bulan Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 dalam kalender Hijriah dan termasuk salah satu bulan yang sangat istimewa dalam Islam. Disebut istimewa sebab bulan Dzulhijjah termasuk dalam empat bulan haram (Al-Ashyurul Hurum), yaitu bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah. 


Hal tersebut sebagaimana keterangan dalam hadist Rasulullah saw., riwayat Imam Bukhori, yang dilansir oleh Ustadz M Ryan Romadhon dalam tulisannya yang berjudul Hikmah Adanya Asyhurul Hurum atau Empat Bulan Mulia dalam Islam, berikut.


Artinya: “Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil Tsani dan Sya'ban.” Demikian dikutip oleh NU Online pada Jumat (30/5/2025).


Adapun terkait hari istimewa dalam bulan Dzulhijjah, melansir keterangan Ustadzah Arny Nur Fitri dalam tulisannya yang berjudul 6 Hari Istimewa di Bulan Dzulhijjah, hari istimewa bulan Dzulhijjah ada enam, yakni sebagai berikut.


1. 10 hari pertama Dzulhijjah

Menurut Arny, yang mengutip pendapat Ibnu Rajab dalam Lataiful Maarif, sepuluh hari pertama Dzulhijjah sering kali dianggap lebih baik daripada hari-hari lain, termasuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Meskipun ada keistimewaan pada sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan adanya Lailatul Qadar, tetapi secara keseluruhan sepuluh hari pertama Dzulhijjah dianggap lebih utama. 


2. Hari ‘Arafah 

Arny menyampaikan bahwa puncak dari keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah Hari Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Di waktu tersebut, jutaan jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf. 


Bagi umat Islam yang tidak menunaikan ibadah haji, disunnahkan untuk berpuasa. Puasa Arafah memiliki keutamaan sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya:


“Dari Qatadah bin Nu’man berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa pun yang menjalankan puasa sunnah di Hari ‘Arafah, maka akan diampuni dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang”. (HR. Ibnu Majah).


Akan tetapi, untuk membedakan dengan umat Yahudi, maka umat Islam yang tidak mampu berpuasa mulai tanggal 1 Dzulhijjah, dianjurkan untuk puasa dua hari yakni dimulai tanggal 8 Dzulhijjah yang biasa disebut sebagai Hari Tarwiyah.


"Hari Arafah merupakan hari yang sangat istimewa untuk berdoa, memohon ampunan, dan mendapatkan rahmat dari Allah swt. Di Padang Arafah, jamaah haji menghabiskan waktu mereka dengan berdoa, bermunajat, dan mengingat Allah," tambah Afny.


3. Hari Raya Idul Adha 

Tanggal 10 Dzulhijjah merupakan hari raya Idul Adha, hari raya Kurban, atau Yaumun Nahr. Kata Arny, Hari Raya Idul Adha merupakan momen umat Islam meneladani Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail, demi memenuhi perintah Allah. 


Bagi Arny, penyembelihan kurban bukan hanya sekadar ritual belaka, melainkan simbol kepatuhan, ketakwaan, dan kepedulian terhadap sesama.


"Penyembelihan hewan kurban bukan sekadar ritual, tetapi juga simbol kepatuhan, ketakwaan, dan kepedulian terhadap sesama. Dalam setiap tetes darah hewan kurban yang mengalir, terkandung makna pengorbanan dan ketaatan yang mendalam kepada Allah swt.," terang Afny. 


4. Hari Tasyrik 

Arny melanjutkan dalam tulisannya, bahwa setelah Idul Adha, umat Islam merayakan hari-hari Tasyrik pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari-hari Tasyrik ini, umat Islam dilarang berpuasa, sebagaimana sabda Nabi saw yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah berikut.


“Bisyr bin Suhaim berkata bahwa pada hari-hari Tasyrik, Rasulullah pernah berkhutbah, beliau mengatakan, “Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang bersih, dan ini adalah hari-hari makan dan minum.”


Di antara hal yang membedakan hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha adalah, untuk pembacaan takbir di Hari Raya Idul Adha terus berlanjut sampai akhir hari Tasyrik. Sementara pada hari raya Idul Fitri tidak demikian. Hal ini juga menjadi salah satu keistimewaan bulan Dzulhijjah.


5. Ibadah haji 

Salah satu keistimewaan terbesar bulan Dzulhijjah adalah pelaksanaan ibadah haji. Menurut Arny, ibadah haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. 


"Ibadah haji mencerminkan kesatuan dan persaudaraan umat Islam. Di tanah suci, semua muslim, tanpa memandang perbedaan ras, warna kulit, atau status sosial, berdiri sama di hadapan Allah. Mereka mengenakan pakaian ihram yang sederhana, melambangkan kesucian dan kesetaraan di sisi Allah," jelas Arny.


6. Momentum muhasabah 

Dzulhijjah merupakan bulan terakhir dalam kalender Hijriyah. Sebagai bulan penutup tahun, Afny menyarankan agar umat Islam hendaknya muhasabah diri, yakni melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri selama satu tahun ke belakang. 


"Selain itu, umat Islam juga hendaknya mulai menyusun strategi untuk memaksimalkan waktu yang telah dianugerahkan Allah dengan memperbanyak amal saleh dan mampu menuntunnya menuju husnul khatimah," pungkasnya.