Nasional

Kelompok Radikal Gencar Narasikan Ukhuwah Islamiyah untuk Aksi Teror

Sel, 5 November 2019 | 07:00 WIB

Kelompok Radikal Gencar Narasikan Ukhuwah Islamiyah untuk Aksi Teror

Diskusi kebangsaan dalam rangka Hari Santri Nasional 2019 sekaligus hari Sumpah Pemuda yang dilaksanakan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Institut Pertanian Bogor (KMNU IPB) di FEM Convention Hall, IPB, Ahad (3/11).

Bogor, NU Online

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Periode 1999-2001, Prof. Muhammad A. S. Hikam mengungkapkan bahwa narasi berbahaya saat ini sedang dibangun oleh kelompok-kelompok radikalis, ekstremis, dan teroris transnasional. Narasi propaganda ini biasanya mengenai keadaan umat Islam yang dinilai tidak berdaya dan ajakan terlibat dalam kegiatan dan penyebaran ideologi mereka.

 

Kelompok-kelompok ini menurutnya memanipulasi ajaran Ukhuwah Islamiyah dengan menggunakan solidaritas umat sebagai dasar melakukan aksi teror terhadap pihak yang mereka tentang atau bahkan kepada sesama muslim.

 

Oleh karena itu, tugas mahasiswa dan santri, menurut beliau, adalah membangun kesadaran terhadap hal ini sekaligus menolak dan mencegah timbulnya serta meluasnya paham-paham yang berusaha merusak ideologi Pancasila ini.

 

Hal ini dipaparkannya saat menjadi pembicara pada diskusi kebangsaan dalam rangka Hari Santri Nasional 2019 sekaligus hari Sumpah Pemuda yang dilaksanakan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Institut Pertanian Bogor (KMNU IPB) di FEM Convention Hall, IPB, Ahad (3/11).

 

Oleh karena itu, pada kegiatan bertemakan Peran Mahasiswa IPB dalam Memperkokoh Cinta Tanah Air (Hubbul Wathon minal Iman) ini, Prof. Hikam berharap KMNU mampu menjadi pelopor dalam memberikan pencerahan pikiran terhadap para pemangku kebijakan (stakeholder) di IPB mengenai trilogi ukhuwah Islamiyah yang selama ini diusung Nahdlatul Ulama.

 

“Solidaritas sesama muslim, solidaritas sebangsa dan setanah air, serta solidaritas kemanusiaan bahkan sesama makhluk ciptaan Tuhan,” kata Prof Hikam sekaligus berharap pandangan ukhuwah ini dapat diterapkan menjadi aksi konkret dalam konteks kehidupan mahasiswa sehari-hari di lingkungan kampus dan masyarakat.

 

Menyikapi narasi negatif yang dihembuskan kelompok radikalis ini, psikolog anak-remaja dan radikalisme, Arijani Lasmawati, mengatakan bahwa sebagian besar pelaku terorisme dan radikalisme adalah remaja. Fase remaja menurutnya merupakan fase pencarian dan pengekspresian jati diri sehingga mudah dihasut dan terpapar paham radikal.

 

Peran penting orang tua sebagai contoh (role model) sangat penting untuk memberi pemahaman tentang nilai-nilai sekaligus memonitor dan menjadi benteng terhadap paham-paham yang keliru. Maka dari itu, membangun kesadaran terhadap kondisi lingkungan sosial dan penguatan keluarga penting dilakukan untuk mencegah remaja menjadi korban paham-paham radikalisme yang mengancam keutuhan NKRI.

 

Diskusi ini diselenggarakan untuk mempertegas peran mahasiswa dalam menjaga keutuhan NKRI dari sudut pandang pengamalan ilmu dan pengabdian masyarakat, psikologi remaja, serta aspek sejarah dan konteks narasi radikalisme. Isu cinta tanah air merupakan hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia yang notabene negara kesatuan besar dengan berbagai suku, ras, budaya, dan bahasa.

 

Selain Prof. Hikam dan Arijani Lasmawati, hadir juga menjadi pembicara, guru bersar Fakultas Peternakan IPB, Prof. Muladno. Acara ini dimoderatori Auhadillah Azizy, aktivis kebangsaan dan alumnus IPB.

 

Kontributor: Zainal Abidin

Editor: Muhammad Faizin