Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU), Susianah Affandy (Foto: Fb Susianah Affandy)
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Keluarga memiliki peran besar dalam mencegah penyalahgunaan narkoba sebab diyakini bahwa para remaja yang terjebak dalam pusaran narkoba sedikit banyak berawal dari faktor kegagalan keluarga dalam membina remaja.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU), Susianah Affandy dalam diskusi bertema Perlindungan Remaja dan Anak dari Ancaman Bahaya Narkoba yang diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum MK, Rabu (27/10/2021).
"Kondisi keluarga yang tidak baik seperti broken home, diasuh orang lain, orang tua kerja di luar negeri menjadikan fungsi keluarga seperti kasih sayang, edukasi, dan agama hilang dari diri anak sehingga anak mudah menyalahgunakan narkoba," ungkap Komisioner KPAI Bidang Sosial dan Anak tersebut.
Pengurus Pusat (PP) Muslimat NU bidang hukum, advokasi dan litbang itu mengungkapkan memasuki masa pubertas, remaja menghadapi beragam persoalan sehingga mereka rentan terpapar narkoba.
"Kita memahami masa remaja adalah masa terpendek dalam kehidupan manusia. Masa pendek ini sangat rentan untuk penyalahgunaan narkoba bahkan dimasa transisi ini pula remaja tengah melalui beragam persoalan mulai dari perubahan hormon, mudah bosan, ketidakpercayaan diri karenanya pada fase ini keluarga memiliki peran penting sebagai lingkungan pertama yang ditemui," tuturnya.
"Kualitas hidup anak termasuk tumbuh kembangnya ditentukan oleh keluarga sehingga pada fase ini (remaja) menjadi prioritas yang harus diperhatikan betul," tambahnya.
Pihaknya juga menjelaskan empat indikator ketahanan keluarga yang menjadi kunci dalam pencegahan narkoba. Pertama, ketangguhan keluarga dilihat dari prinsip dan kerjasama antar anggota keluarga.
Artinya, imbuh dia, jangan sampai anggota keluarga melewati proses kebersamaan dengan sibuk sendiri misalnya bermain handphone dan meninggalkan dialog.
Kedua, pertalian keluarga terbentuk dari kepercayaan, kesetiaan dan pengertian anggota keluarga lain.
"Rendahnya nilai rata-rata pada pertalian keluarga disebabkan karena kurang peduli, sikap acuh tak acuh antar anggota keluarga, dan komunikasi yang tidak berjalan intensif sehingga mempengaruhi rendahnya ketahanan keluarga," terangnya.
Ketiga, kemelekatan emosi keluarga. Dimensi ini, kata dia, dilihat dari kebersamaan, kedekatan, dan kenyamanan. Keempat, menurut dia, keluasaan keluarga dilihat dari cara keluarga mengatur atau mengubah suatu aturan.
"Masa paling rawan tergoda narkoba adalah masa remaja karena itu ketahanan keluarga ini penting sebab ketika anak punya masalah tidak akan lari kepada orang lain dan dia pasti tidak akan tergoda narkoba," tandasnya.
Dilansir dari laman bnn.go.id pada tahun 2018 angka penyalahgunaan narkoba mencapai 2,29 juta orang dan masyarakat yang rawan terpapar narkoba adalah generasi milenial yang berada pada rentang usia 15-35 tahun.
Sementara berdasarkan data World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs and crime (UNDOC) sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 persen dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
2
Silampari: Gerbang Harapan dan Gotong Royong di Musi Rawas
3
Sejarah Baru Pagar Nusa di Musi Rawas: Gus Nabil Inisiasi Padepokan, Ketua PCNU Hibahkan Tanah
4
NU Peduli Salurkan Bantuan Sembako kepada Pengungsi Erupsi Lewotobi
5
Hukum Mengonsumsi Makanan Tanpa Label Halal
6
Kekompakan Nahdliyin Inggris Harus Terus Dijaga
Terkini
Lihat Semua