Nasional

Ketakjuban Dubes Suriah pada Islam Indonesia

Jum, 13 November 2020 | 07:45 WIB

Ketakjuban Dubes Suriah pada Islam Indonesia

Duta Besar Suriah Abdul Munim Annan berbincang dengan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Kamis (12/11) di Kantor PBNU Jakarta. (Foto: NU Online/Syakir)

Jakarta, NU Online

Dalam kesempatan berkunjung ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Duta Besar Suriah Abdul Munim Annan menyampaikan kekagumannya pada Indonesia, sebuah negeri dengan umat Islam terbanyak di dunia.


"Saya begitu takjub dengan Islam di Indonesia," katanya pada Kamis (12/11) di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta.


Pasalnya, Islam yang diyakini dan diamalkan Muslim Indonesia, menurutnya, adalah Islam sesungguhnya, yakni berbagi kepada fakir miskin dan memberikan rasa aman bagi mereka yang merasa ketakutan. Hal itu ia sampaikan dengan mengutip ayat Al-Qur'an surat Quraisy ayat 4.


"Itulah Islam yang sesungguhnya," kata pria asal Aleppo itu.


Keamanan yang dirasakan warga masyarakatnya itu, menurutnya, senantiasa terjaga terus-menerus.


Hal itu memang bukan tanpa sebab latar belakang sejarah. Ia memahami betul bahwa Islam di Indonesia datang tanpa bala tentara, tetapi dengan pemikiran dan akhlakul karimah. Demikian juga Islam datang di belahan negara timur lain, seperti India.


Pada kesempatan itu, Annan juga dengan bangga menyampaikan bahwa memang Islam muncul di Makkah. Akan tetapi, persebarannya meluas dengan pesat dari Damaskus, sebuah kota besar yang menjadi pusat peradaban Islam masa silam.


"Islam di Moskow, di Eropa, itu dari mana? Dari Damaskus. Menyebarnya dari Damaskus," katanya.


Mendengar itu, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj juga menimpali bahwa Damaskus juga menjadi titik persebaran Islam ke wilayah Afrika Barat, seperti Maroko, Tunisia, Aljazair.


Perbincangan mereka begitu mengalir. Sesekali disertai pecahnya tawa membuat obrolan semakin renyah.


Pertemuan ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua Umum PBNU H Mohammad Maksum Machfoedz, Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, H Robikin Emhas, dan H Umarsyah, Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmi Faisal Zaini, Waksekjen PBNU H Isfah Abidal Aziz dan H Andi Najmi Fuadi.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad