Nasional

Ketua PP Ansor Sebut Pinjol Tidak Menyelesaikan Masalah

Sel, 9 November 2021 | 13:30 WIB

Ketua PP Ansor Sebut Pinjol Tidak Menyelesaikan Masalah

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Bidang Ekonomi Sumantri Suwarno (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Bidang Ekonomi Sumantri Suwarno menyebut bahwa pinjaman online (pinjol) tidak pernah menyelesaikan masalah. Sebab telah memakan sangat besar nilai tambah yang dihasilkan masyarakat di bawah. 

 

Ia mencontohkan, upah minimum regional (UMR) di Yogyakarta misalnya Rp2,5 juta. Kemudian, seorang pekerja meminjam uang dari pinjol sebesar Rp2 juta. Bunga pinjol legal selama ini sebesar 0,8 persen sehari atau 24 persen selama satu bulan, sehingga besaran bunga menjadi Rp480 ribu. 

 

"Jadi dia harus membayar bunga (dan) membayar kembalian, itu sudah 25 persen dari gaji dia sebulan sudah termakan oleh pinjol untuk membayar bunga pinjol. Itu bicara yang resmi. Buat saya pribadi, pinjol harus diatur. Yang ilegal harus ditutup, yang legal harus diatur supaya tidak menimbulkan bom waktu di masa depan," kata Sumantri dalam diskusi ‘Pinjol Bikin Benjol’, Kamis (4/11/2021), dikutip NU Online dari Kanal Youtube Gerakan Pemuda Ansor, pada Selasa (9/11/2021). 

 

Namun, Sumantri bersyukur karena saat ini pinjol tengah ramai disuarakan banyak orang di media massa. Bahkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Presiden Joko Widodo sudah memutuskan untuk melakukan moratorium izin pinjol baru. Asosiasi jasa keuangan juga akan melakukan pemotongan bunga bagi pinjol legal. 

 

"Ini harus terus menerus kita awasi dan kita dorong agar industri ini efisien. Mereka (pinjol) beralasan bunga tinggi karena risiko tidak bayar itu besar. Tidak fair dong. Kalau ada orang lima, yang tiga tidak bayar dan dua orang bayarnya tertib tetapi harus menanggung risiko tingginya bunga," jelas Sumantri. 

 

"Jadi kalau menurut saya, posisinya harus kita atur. Bunganya harus kita dorong agar bersahabat buat peminjam, tetapi juga bisa mengkaver risiko provider pinjol, sehingga dalam jangka panjang dia menjadi daya dorong bagi sebuah perekonomian," imbuhnya.

 

Dikatakan, pendanaan pinjol memang berasal dari bank. Menurut Sumantri, uang ibarat darah yang bisa mengalirkan dan menjaga kehidupan sebuah perekonomian. Ketika ada aliran uang maka perekonomian masyarakat bisa berjalan. Tetapi jika darah itu mengandung banyak gula, bisa menimbulkan diabetes. 

 

Hal itu sama dengan fenomena masyarakat yang dibanjiri berbagai kemudahan pinjol, sehingga uang beredar banyak, tetapi di dalamnya justru mengandung bunga tinggi serta praktik-praktik penagihan yang berbahaya.

 

"Alih-alih menggerakkan ekonomi, dia (pinjol) secara langsung menyedot nilai tambah ekonomi masyarakat dan menciptakan instabilitas sosial. Suami bisa ribut sama istrinya, istri bisa diceraikan suaminya karena pinjam pinjol nggak izin," terangnya.

 

Pembahasan mengenai pinjol ini, kata Sumantri, sudah dilakukan sejak satu bulan lalu di twitter. Ia mendapati berita orang meninggal akibat dikejar penagihan pinjol yang sangat meresahkan. 

 

"Saya pribadi ter-trigger ketika sebelum lebaran ada temannya teman, hampir bunuh diri, seorang perempuan, karena dikejar pinjol. Waktu itu karena tagihan Rp52 juta. Kemudian, kami bersama teman-teman patungan membereskan. Selesai semuanya," katanya.

 

Sumantri melihat fenomena pinjol ini seperti puncak gunung es. Sebab korban dari pinjol yang ditangani itu adalah seorang sarjana dari kampus besar di Indonesia. Ia menganggap, kalau orang berpendidikan tinggi saja bisa terseret ke dalam jebakan pinjol, maka bisa pula berpotensi ratusan ribu orang lain yang akan mengalami hal sama.

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan