Nasional 1 ABAD NU

Ketum Fatayat NU Ajak Kader Sigap Hadapi Tantangan Kecanggihan Teknologi

Sab, 21 Januari 2023 | 06:30 WIB

Ketum Fatayat NU Ajak Kader Sigap Hadapi Tantangan Kecanggihan Teknologi

Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU, Nyai Hj Margaret Aliyatul Maimunah saat acara Upgrading Kapabilitas dan Peran Perempuan NU Menuju Kebangkitan Baru, di gedung Islamic Centre Batuan, Sumenep, Jumat (20/1/2023). (Foto: Tangkapan layar TVNU Sumenep)

Sumenep, NU Online
Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU, Nyai Hj Margaret Aliyatul Maimunah mengatakan tantangan terbesar bagi pemudi NU di era revolusi industri 4.0 adalah kecanggihan teknologi yang semakin beragam.


Pernyataan ini disampaikan pada acara Upgrading Kapabilitas dan Peran Perempuan NU Menuju Kebangkitan Baru. Acara ini bagian dari resepsi puncak 1 Abad NU yang dihelat oleh Fatayat NU Sumenep dan dipusatkan di gedung Islamic Centre Batuan, Sumenep, Jumat (20/1/2023).


"Di masa lalu, kita tidak mengenal gadget dan platform. Sementara hari ini, anak-anak prasekolah sudah mahir mengoperasikan smartphone. Sedangkan ibunya kurang piawai menggunakan gawai. Untuk meningkatkan peran perempuan menuju kebangkitan, pemudi NU harus menaklukkan tantangan ini dan tidak boleh ketinggalan zaman," harapnya.


Diakui, gawai memiliki nilai positif, seperti alat komunikasi jarak jauh, mudah mencari informasi, kursus masak, kursus bahasa asing, dan sebagainya. Di balik itu semua, menyimpan ancaman negatif. Kasus cyberbullying, kekerasan seksual online, dan game online, kerap menimpa pada anak. 


"Jangan merasa aman saat anak asyik bermain sendiri di kamar tanpa pendampingan orang tua. Walaupun anak tidak bergaul dengan pecandu Narkoba, radikalisme, Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di luar rumah, anak bisa mengalami adiksi gadget. Jika masuk tahap akut, anak tidak bisa disembuhkan. Satu-satunya solusi adalah dibawa ke rumah sakit jiwa," papar Ning Margaret.


Di dalam momentum 1 Abad NU, alumni Pondok Pesantren Denanyar Jombang ini mengajak untuk menguasai semua peralatan teknologi. Disinggung oleh Ning Margaret, kader tidak hanya belanja online saja, tetapi memahami ragam positif dan negatif di setiap alat-alat teknologi.


"Guna menyongsong abad kedua ini, kader harus memaksimalkan kecanggihan teknologi sebagai sarana dakwah Islam Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah. Penuhi medsos dengan konten-konten yang positif. Timbun seluruh konten negatif dengaan ungguhan video, tulisan, gambar yang sifatnya edukatif. Kita tidak bisa menghindar terhadap kecanggihan teknologi. Karena di zaman kekinian ini, seluruh aktivitas orang tua dan anak, tak lepas dari teknologi,” ungkap cicit KH Bisri Syansuri itu.


Ning Margaret menjelaskan, menguatkan media informasi amanah Kongres. Kendati tidak ada peluang untuk masuk dalam pertelevisina nasional dan swasta, ujar dia, kader harus memaksimalkan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-nilai Fatayat NU.

 

"Salah satu kunci keberhasilan dakwah digital ini, tergantung promotornya. Gunakan berbagai macam cara untuk mempromosikan dan mengenalkan organisasi pada khalayak luas," ujarnya. 


Tak hanya itu, ia mengajak pada kader untuk membesarkan organisasi, bersama-sama bergerak, menguatkan dan maju bersama untuk perempuan Indonesia dan peradaban dunia. Nilai-nilai yang ditorehkan oleh muassis dan masyayikh, harus direfleksikan, diteladani, dan diinternalisasikan dalam setiap sendi-sendi kehidupan.

 

"Di abad kedua ini, saatnya membangun karya nyata untuk menguatkan organisasi. Soal kapabilitas dan peran perempuan, kami kira Fatayat NU sudah tuntas. Perempuan bebas memilih mau berperan di wilayah domestik atau publik. Tak usah didiskusikan lagi. Yang dibutuhkan adalah kualitas, kompetensi dan kapabilitas kader," terangnya.


Alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya ini menyadari bahwa tugas terberat perempuan ada di keluarga. Lewat tangan halus perempuan, lahirlah generasi bangsa yang akan melanjutkan tongkat estafet ini. 


"Jika kualitas perempuan tidak disiapkan sejak dini, belum tentu pengasuhan anak maksimal. Bisa jadi melahirkan generasi yang tidak berkualitas," tandasnya.


Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan