Garut, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyampaikan ceramah panjang pada pembukaan Konferensi Wilayah (konferwil) PWNU Jawa Barat di Pondok Pesantren Fauzan Sukaresmi, Garut, Selasa (11/10). Pada kesempatan tersebut, ia memaparkan peran empat ulama yang menurutnya mengembangkan cara berpikir tawasuth (moderat).
Ulama pertama yang ia jelaskan ialah Imam Syafi’i. Menurutnya mazhab yang banyak dianut umat Islam Indonesia ini menyatukan dalil-dali naqli dengan kecerdasan pikiran.
Kedua, ia menyampaikan peran Abul Hasan al-Asy'ari yang menyatukan dalil nagli dan akal pikiran dalam bidang aqidah. Dia juga yang menetapkan sifat Allah yang pertama adalah wujud beserta sifat wajib yang lain.
Kemudian ketiga adalah pera Imam Ghazali yang mendamaikan syariat dan tasawuf. “Imam Ghazali datang, syariatnya harus benar, khusuknya juga harus benar. Kitab Ihya Ulumuddin isinya separuh syari’at dan separuhnya tasawuf. Syariat fondasi, tasawuf atapnya,” jelasnya.
Sementara yang keempat, lanjutnya adalah Hadrotusyekh KH Hasyim Asy’ari. Menurut dia, pendiri NU tersebut mampu menggabungkan antara Islam dan nasionalisme. “Padahal waktu itu belum ada universitas. Sekolah masih diharamkan oleh kiai NU. Tapi beliau mampu menyatukan Islam dan nasionalisme,” katanya.
Sebagai bukti menyatukan nasionalisme dan Islam, kakek Gus Dur tersebut mengemukakan istilah hubbul wathon minal iman, cinta tanah air sebagian dari iman.
“Pejabat sering salah. Camat sering salah bahwa itu adalah sabda Nabi Muhammad, padahal itu kalimat Kiai Hasyim,” ucapnya.
Kemudian ia memerintahkan Kiai Wahab Chasbullah untuk menciptakan nyayian yang bernuansa cinta tanah air, maka lahirlah lagu Ya lal wathon.
Konferwil tersebut dibuka Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ditandai dengan pemukulan bedug disaksikan ribuan warga NU Garut, peserta konferwil dan santri Pondok Pesantren Fauzan. (Abdullah Alawi)