Nasional

Ketum PBNU: NU Lahir sebagai Mandat Peradaban

Kam, 3 Februari 2022 | 11:30 WIB

Ketum PBNU: NU Lahir sebagai Mandat Peradaban

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Foto: @yahyacholilstaquf)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyebut bahwa kelahiran Nahdlatul Ulama (NU) merupakan mandat peradaban untuk menjamin keselarasan antarumat manusia.

 

Pernyataan tersebut disampaikan saat ia ditunjuk sebagai pembicara kunci di acara seminar daring ISEAS-Yusof Ishak Institute Webinar yang diselenggarakan oleh Indonesia Studies Programme ISEAS Singapore dan Universitas Islam Indonesia (UII) Jakarta, Kamis (3/2/2022).

 

"NU Lahir dengan mandat peradaban dan peradaban yang kita inginkan, selaras dengan cita-cita para pendiri NU dan pendiri bangsa Indonesia, yang menjamin kemerdekaan dan kesetaraan, hak dan martabat, di antara sesama umat manusia," terang Gus Yahya demikian ia disapa.

 

Ia juga mengatakan, NU didirikan sebagai upaya merintis, dan menemukan format peradaban yang baru untuk menggantikan format lama yang runtuh. 

 

Hal itu, lanjut dia, tampak dari kegigihan salah satu pendiri NU KH Wahab Chasbullah yang sempat berada di Arab menyatakan bahwa Arab Saudi tidak bisa dijadikan model. Sehingga akhirnya bersama-sama mendirikan NU ini.

 

"Kesimpulan deduktif saya, pendirian NU ini adalah upaya menemukan format peradaban baru. Pasti skalanya global. Maka lambang yang dipilih adalah lambang jagad, bola dunia," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah ini.

 

Karenanya, ia mengajak kepada seluruh warga Nahdliyin untuk bersama-sama memikirkan persoalan ini dengan mengubah pola pikir dan membangun mentalitas yang lebih kuat.

 

"Maka mulai sekarang, kita harus membangun mentalitas dan mindset untuk berpikir soal mandat peradaban itu," jelas tokoh yang pernah ditugaskan sebagai Juru Bicara (Jubir) Presiden Keempat RI itu.

 

Gus Yahya mengakui, upaya untuk menjadikan NU sebagai model peradaban di masa depan butuh perjuangan. Namun dengan pemicu yang kuat, komunikasi, dan kerja sama, semua itu bisa dilakukan.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan