Nasional

Ketum Pergunu Beberkan Kunci Sukses Membangun Sistem Pendidikan

NU Online  ·  Sabtu, 1 Desember 2018 | 11:45 WIB

Ketum Pergunu Beberkan Kunci Sukses Membangun Sistem Pendidikan

Workshop Penguatan Entrepreunership bagi Kepala Madrasah, Jumat (30/11).

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH Asep Saifuddin Chalim memberikan paparan kepada ratusan kepala madrasah se-Indonesia. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Agama ini mengambil tajuk Workshop Penguatan Entrepreunership bagi Kepala Madrasah, Jumat (30/11) di Jakarta.

Kiai Asep menjelaskan bahwa karakter entrepreneurship itu hasil dari rentetan aktivitas pembelajaran. Semua ikhtiar pengembangan lembaga pendidikan harus diawali dasar teologis yang kuat, dalam bentuk taqwallah dan terus mendekatkan diri pada Allah.

"Untuk majunya sebuah lembaga pendidikan, kita harus terus berupaya keras terus menerus memohon kepada Allah. Kita doakan anak-anak kita dengan shalat malam, dan kita bimbing mereka untuk selalu mendekatkan diri pada Allah Swt," terang putra pendiri NU dari Jawa Barat, KH Abdul Chalim, Leuwimunding.

Lebih lanjut, Pengasuh Pesantren Amanatul Ummah itu menjelaskan tips kunci agar santri-santri sukses dalam menyerap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan ilmu yang telah didapatkan. 

"Ada sistem pengkondisian agar santri bisa memahami ilmu kemudian ilmunya bermanfaat. Itu ada teorinya. Manfaat itu artinya memiliki keberdayaan dalam menghadapi masa depan. Teorinya itu satu, ajeg dalam berkesungguhan, jangan berkesungguhan dalam satu bulan saja, tapi terus-menerus,” terangnya, dengan disambut ekspresi kekaguman dari peserta. 

Kedua, tidak boleh kenyang karena kalau sampai kenyang tidak bisa cerdas.  “Kenyang itu menghilangkan kecerdasan. Kenyang itu terjadi sepuluh menit, setelah berhenti makan. Bayangkan kalau orang pada saat makannya saja sudah kenyang apa yang akan terjadi sepuluh menit kemudian? Makanya Nabi melarang orang makan kenyang. Harus berhenti sebelum kenyang," jelasnya.  

Ketiga, tidak boleh maksiat karena maksiat itu beban. Ketika orang belajar dan membawa beban, apalagi beban psikologis, santri tidak akan bisa mengerti akan pelajarannya. Keempat, santri harus punya wudlu karena wudlu itu cahaya. Sementara ilmu yang disampaikan oleh guru itu datangnya kepada pemikiran muridnya dalam bentuk abstrak, berupa sinar, cahaya.

"Ketika cahaya datang diterima oleh yang memiliki cahaya akan mudah terserap," katanya.

Kelima, sering membaca Al-Qur’an karena ketika orang membaca Al-Qur’an dengan dilihat teksnya, maka dia akan terlibat berpikir bagaimana menerapkan tajwidnya dalam bacaan yang dijabarkan. Apalagi lebih jauh dengan memahami ayat-ayatnya. Ketika orang hanyut dalam berpikir, itu orang akan cerdas.

"Berikutnya, santri harus rajin shalat malam. Ketujuh, menjauhi makanan yang mendekati kotor, apalagi najis karena tidak barokah. Makanan di luar yang dilihat oleh banyak orang termasuk oleh orang yang tidak punya uang, tidak barokah. Ketika orang yang tidak punya uang itu melihat, dia kepingin, tapi tidak bisa membeli makanan, yang terkondisikan demikian akan hilang barokahnya. Hal itu dibuktikan berpuluh-puluh kali bahwa anak yang ngantuk itu karena jajan di luar. Hal sangat berpengaruh kepada kecerdasan anak,” jelasnya. 

Jika seorang santri memegang yang tujuh tersebut, itu sudah perwujudan tawakal yang dijamin keberhasilannya. "Pasti berhasil," kata Kiai Asep. 

Pada kesempatan yang sama, Aris Adi Leksono, Wakil Ketua PP Pergunu memberikan closing statment bahwa konsep pendidikan yang dikembangkan Kiai Asep adalah bentuk dari jati diri pendidikan madrasah. Tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tapi juga kaya pengalaman dan kedalaman spiritual. Sehingga, lulusan madrasah menjadi pribadi ulul albab yang patut dibanggakan dan rindukan umat di mana pun berada.

"Kita bersyukur memiliki ahli pendidikan madrasah seperti Kiai Asep. Beliau dapat mengembangkan sistem pendidikan secara mandiri berangkat dari pengalaman beliau selama menjadi guru. Inilah gambaran sesungguhnya implementasi pendidikan madrasah. Cerdas spiritual, emosional, dan pengetahuan. Inilah pribadi ulul albab harapan umat, bangsa, dan negara," terang Aris yang juga guru di MTsN 34 Jakarta. (Red: Kendi Setiawan)