Nasional

KH Afifuddin Muhajir dan Gus Baha Jabat Rais Syuriyah PBNU

Sab, 31 Agustus 2019 | 06:00 WIB

KH Afifuddin Muhajir dan Gus Baha Jabat Rais Syuriyah PBNU

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Struktur kepengurusan Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kini memanggil kembali ulama faqih dari Situbondo, Jawa Timur KH Afifuddin Muhajir sebagai Rais Syuriyah PBNU.

Selain pakar ilmu ushul fiqih tersebut, ulama muda NU yang juga mufasir faqih, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) juga mengisi jabatan yang sama dengan Kiai Afif. Selain dua ulama kondang itu, KH Afifudin Dimyathi mengisi jabatan Katib PBNU. 

Katib ‘Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) membenarkan pengisian struktur kepengurusan Syuriyah PBNU atas nama tiga ulama tersebut.

“Ya, menggantikan pengurus syuriyah yang wafat,” ujar Gus Yahya melalui pesan singkatnya kepada NU Online, Sabtu (31/8) tanpa menyebutkan sesiapa yang wafat.

Pengangkatan tiga ulama dalam jajaran pengurus Syuriyah itu tertera dalam SK PBNU No 01/j/A/II.04/08/2019.

Nama KH Afifuddin Muhajir tidak asing lagi bagi warga NU. Penulis kitab Fathul Mujibul Qarib ini pada periode lalu juga mengisi posisi Rais Syuriyah PBNU. Pada Muktamar NU 2015 lalu di Jombang, ia bersama kiai-kiai lain merancang konsep kekhususan Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyyah (khashais Aswaja).

Kiai Afif yang juga menulis buku Fiqih Tata Negara ini merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. Kiai Afif juga dikenal sebagai guru besar Ushul Fiqih di Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo.

Gus Baha pun demikian, meskipun secara umur masih muda, namun wawasan ilmu agamanya mampu menyihir setiap jamaah yang mendengar ceramahnya.

Kepakaran Gus Baha di bidang tafsir diakui oleh mufasir kenamaan asal Indonesia Muhammad Quraish Shihab.

Bahkan penulis kitab Tafsir Al-Misbah ini mengakui sendiri bahwa Gus Baha berbeda dengan pakar-pakar tafsir lainnya karena kiai muda kelahiran Narukan, Kragan, Rembang ini memiliki kemampuan menafsirkan Al-Qur’an sekaligus hukum yang terkandung di dalam setiap ayat Al-Qur’an (mufasir faqih).

Pengembaraan intelektual Gus Baha dihabiskan di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang yang dulu diasuh Almaghfurlah KH Maimoen Zubair (1928-2019).

Adapun KH Afifudin Dimyathi (Gus Awis) merupakan kiai muda asal Peterongan, Jombang. Ia merupakan Katib PBNU termuda di antara pengurus lainnya. Gus Awis juga merupakan penulis produktif.

Agustus ini ia baru menerbitkan buku monumental Jam’ul ‘Abiir fi Kutub al-Tafsir yang baru terbit ini dapat menjadi referensi lengkap dalam memperkaya khazanah ilmu tafsir.
 
Alumnus Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Jember ini selain mengasuh Pondok Pesantren di Peterongan, Jombang, juga tercatat sebagai Dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Abdullah Alawi