Nasional

KH Anwar Zahid: Dekat dengan Kiai Cara Becermin kepada Rasulullah

Kam, 28 November 2019 | 15:00 WIB

KH Anwar Zahid: Dekat dengan Kiai Cara Becermin kepada Rasulullah

KH Anwar Zahid (via krjogja)

Purworejo, NU Online
Belakangan ini banyak kelompok yang menyatakan diri antikiai. Mereka ingin langsung becermin diri kepada Rasulullah SAW. Bagi mereka, kiai hanyalah manusia biasa sehingga masih punya kesalahan dan Rasulullah adalah makhluk yang sempurna.

Menanggapi hal tersebut, KH Anwar Zahid menegaskan bahwa kiai adalah orang yang mampu mendekatkan kita dengan Rasulullah SAW. “Tanpa para kiai kita tidak kenal Rasulullah, kita gak bisa sampai kepada Rasulullah,” katanya saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (27/11).

Pasalnya, jarak umat Islam saat ini sangat jauh dengan Nabi Muhammad SAW, hampir 15 abad. Jika Rasul ibarat mata air, manusia saat ini adalah muaranya. “Rasulullah ibarat mata air yang sangat bersih, jernih, bening, sedangkan kita ibarat sungai kecil yang sudah sampai di muara, keruh karena lumpur, kotor karena sampah,” ujarnya.

Untuk mencapai muara itu, tentu sangatlah jauh. Jika pun tidak sampai, setidaknya kita bisa terkena percikan kejernihannya melalui sungai-sungai besar yang masih terjaga keasriannya, yakni para kiai.

“Kalau gak bisa, setidaknya kita mendekat ke sungai-sungai besar yang arinya masih terjaga kebersihannya, yakni para ulama para kiai yang membimbing kita menuju tuntunan Rasulullah,” katanya.

Kelompok yang antikiai juga anti terhadap literatur kitab-kitab kuning. Mereka beralasan harus bersumber langsung kepada Al-Qur’an dan Hadis. Padahal, kitab karya para ulama tersebut merupakan penjelasan atas dua sumber kehidupan utama umat Islam.

“Adanya kitab kuning karangan para ulama sudah merupakan penjabaran detail Al-Qur’an dan Hadis sehingga kita mudah memahami dan mengamalkan,” terang kiai alumnus Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur itu.

Orang sekelas kita, jelasnya, jika langsung memahami Al-Qur’an dan Hadis tidak akan sampai mengingat piranti yang dimiliki belum lengkap. Makanya, kata Kiai Anwar, mestinya umat Islam bersyukkur dengan adanya kitab kuning tersebut.

Dai kondang asal Bojonegoro, Jawa Timur itu menganalogikan hal tersebut dengan minum madu. Memahami Al-Qur’an dan Hadis melalui kitab kuning seperti meminum madu yang sudah diperas, tinggal diminum saja, sedang memahami Al-Qur’an dan Hadis langsung tanpa melalui kitab kuning ibarat meminum madu langsung dari lebahnya.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad