Nasional

KH Miftachul Akhyar: NU Itu Menata Hidup, Bukan Ikut Hidup

Sen, 29 Januari 2024 | 15:00 WIB

KH Miftachul Akhyar: NU Itu Menata Hidup, Bukan Ikut Hidup

Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar saat memberikan khutbah iftitah pada Konbes NU 2024 di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Yogykarta, Senin (29/1/2024). (Foto: dok. PBNU)

Bantul, NU Online

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar mengatakan bahwa NU adalah organisasi yang bertujuan untuk menata hidup bukan ikut hidup. Hal tersebut berupaya untuk mewujudkan kemaslahatan dunia secara keseluruhan


"NU bukan nunut urip tapi noto urip (NU bukan ikut hidup tapi menata hidup)," kata Kiai Miftach dalam pembukaan Konferensi Besar NU 2024 di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (29/1/2023).


Kiai Miftach menganjurkan untuk mengikuti perintah organisasi NU yang dimulai dari komando garis perintah pimpinan paling tertinggi NU.


"Oleh karena itu di beberapa tempat saya sampaikan, isma athi'u (dengarkan taatilah) karena itu sangat dipesankan Rasulillah saw. Jamiyyah yang Mardhiyyah (NU) ini organisasi terbesar sedunia bahkan terbesar dunia dan akhirat. Ini nikmat yang besar diberikan kesempatan ikut nata, disamping memperbaiki diri," jelas Kiai Miftach.


Kiai Miftach mengungkapkan, untuk menata kehidupan warga NU dan masyarakat harus dapat menerjemahkan makna agama Islam secara benar ke seluruh penjuru dunia.


"Inilah NU ingin memerankan, ingin menjadi mutarjim (penerjemah) semampunya menerjemahkan dakwah islamiyah yang besar, dakwah yang merangkul tidak memukul, dakwah yang  membina tidak menghina, dakwah yang menyayangi tidak menyaingi dan dakwah yang simpatik," tegasnya.


Kiai Miftach juga menyampaikan, untuk membangkitkan NU. Ia mengajak untuk adil dalam menilai seseorang, sehingga tidak boleh salah menilai sesuai dengan kemampuan masing-masing.


"Apa yang dianggap besar, punya nilai ya kita besarkan, mengagumkan apa yang memang agung dan mengecilkan apa yang hakikatnya kecil karena ulama adalah sosok yang mampu memberikan mereka yang punya hak. Memberikan hak mereka yang memang haknya," ungkapnya.


"Ini sebetulnya makna versi (saya) dalam memaknai NU," sambung Kiai Miftach.


Tindakan tersebut, menurut Kiai Miftach sesuai dengan perintah agama Islam yang berkutat pada syariat yang diturunkan Allah kepada para hambanya.


"Karena agama kita sebagai agama yang terakhir, tentu lebih sempurna dari agama yang terakhir tentu lebih sempurna dari agama sebelumnya dan menyempurnakan dari kekurangan agama lain," katanya.