Nasional

Kiai Marzuqi Mustamar Minta Santri Belajar Sungguh-sungguh

Ahad, 19 Agustus 2018 | 22:30 WIB

Kiai Marzuqi Mustamar Minta Santri Belajar Sungguh-sungguh

Santri bersiap mengikuti pelajaran

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad, Malang yang juga Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuqi Mustamar berpesan kepada para santri dalam alam kemerdekaan Indonesia yang telah melewati usia 73 tahun ini agar menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh.

“Saudara para santri, ngaji sing temenanan, kuliah sing temenanan, sinau sing temenanan, sekolah sing temenanan, ojo tura-turu. Turu olih tapi aja tura. Aja ngopa-ngopi, ngopi olih nanging aja ngopa. Nyongkrak-nyangkruk, nyangkruk olih tapi aja nyungkrak,” kata Kiai Marzuqi dalam video Kita Islam Kita Indonesia.

Ia berpendapat, jika para santri sungguh-sungguh dan mempunyai prestasi akademik yan baik, ke depan yang menjadi mahasiswa teladan adalah para santri, yang menjadi sarjana doktor teladan para santri. 

“Dan ketika para santri sukses di bidang akademiknya maka duapuluh tahun kedepan bangsa Indonesia akan dipimpin para santri yang  Aahlusunnah Waljamaah dan NKRI harga mati,” katanya.

Riwayat Penyebab Kiblat Menghadap Masjidil Haram
Penjelasan soal Cinta Islam Ada Tapi Selalu Perang
Jadi Islam Tak Harus Jadi Arab
Dengan begitu, lanjut Kiai Marzuqi, karena presidennya adalah para santri, para menteri dari santri, yang memegang paham sepenuhnya paham Ahlussunah wal Jamaah, sampai kapan pun Indonesia akan lestari. 

“Lestarilah Indonesiaku. Lestarilah Ahlussunah wal Jamaah-ku dan lestarilah NKRI-ku. Dirgahayu Republik Indonesia, selamat memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-73,” pungkas Kiai Marzuqi.

Sebelumnya pada kesempatan tersebut Kiai Marzuqi menceritakan bahwa menjadi Islam harus tetap menjaga identitas keindonesiaan. Menjaga identitas Indonesia tidak akan mengurangi keislaman seseorang. Bahkan rasa cinta tanah air telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Saw.

Kecintaan Rasulullah kepada tanah airnya yaitu Makkah tergambar pada sebuah riwayat. Rasulullah melukiskan, “Demi Allah, hai negeriku Makkah. Tanah kelahiranku, Makkah, sungguh engkaulah negeri yang paling aku cintai,” kata Kiai Marzuqi.

“Bodoh, konyol orang yang mengatakan cinta tanah air bukan sunah Rasul. Bodoh, konyol orang yang mengatakan cinta tanah air bukan tuntunan Rasul dan sunah Rasul,” katanya.

Ia menegaskan mencintai tanah pasti terkait dengan keimanan seseorang. “Bagi kita hubbul wathan minal iman, cinta tanah air sebagian dari iman,” terangnya. (Kendi Setiawan)