Nasional

Kiai Miftach: Di Dunia Jangan Lengah, Lawan Kita Tak Pernah Tidur

Ahad, 30 Juli 2023 | 11:00 WIB

Kiai Miftach: Di Dunia Jangan Lengah, Lawan Kita Tak Pernah Tidur

Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar menegaskan, selama manusia masih berada di dunia, hendaknya tidak lengah dengan lawan yang selalu mengintai. (Foto: Tangkapan layar Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar menegaskan bahwa selama manusia masih berada di dunia, hendaknya tidak pernah lengah dengan lawan yang selalu mengintai. Lawan yang dimaksud adalah setan, makhluk yang tidak pernah tidur dan kerjaannya menggoda dan menjerumuskan manusia dalam jurang kesesatan.


"Lawan kita ini lawan yang tak pernah tidur. Lawan yang terus main kucing-kucingan. Min syarril waswasil khannas. Khannas itu (maknanya) kucing-kucingan," katanya dalam pertemuan ke-40 Ngaji Kitab Syarah Al-Hikam disiarkan langsung Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar, diakses NU Online, Ahad (30/7/2023). 


Oleh karenanya, Kiai Miftach, sapaannya mengajak kepada umat Islam khususnya agar menyadari akan fakta itu, sehingga pada saat yang sama, Muslim akan terus berusaha melawan terhadap godaan-godaan yang dilancarkan oleh setan. 


"Artinya, kita bertanding di dunia tidak ada istilah jeda, tidak ada istilah rehat. Di saat kita berhenti kita diganyang oleh lawan kita, di saat kita rehat kita dilindas oleh lawan kita. (Setan) tidak pernah lengah. Kalau kita lengah di dunia, hilang kesadaran kita, kemakrifatan kita, ya kita akan dilindas," jelasnya.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menyampaikan, bahwa dunia ini adalah tempat ujian. Manusia tidak bisa lepas dengan aneka cobaan atau ujian yang menimpa. Ujian kadang datang pada kondisi yang tidak bisa disangka-sangka oleh manusia. Situasi ini sebetulnya diharapkan manusia justru akan lebih kuat menghadapi beragam ujian yang datang. Termasuk tangguh akan godaan setan. 


Konsekuensi yang mungkin muncul dari dari hal itu adalah senang atau sebaliknya. Kalau pun di dunia manusia merasakan kesenangan dan kebahagiaan, lanjut Kiai Miftach, hal itu hanyalah kesenangan yang majasi, bukan kesenangan yang hakiki. Karena kesenangan sesungguhnya hanya ada di akhirat saat manusia menerima balasan amal perbuatan baiknya, termasuk balasan dari ujian-ujian yang sudah berhasil dilalui di dunia.

 
"Dunia ini tempat penggemblengan, tempat ujian. Jangan harap kita memperoleh kesenangan, kebahagiaan di dunia. Maksudnya yang hakiki. Kalau ada kesenangan di dunia itu hanya cipratan saja dari kesenangan kebahagiaan yang telah disiapkan oleh Allah nanti di akhirat," terangnya.


Menurut Kiai Miftach, susah dan senang adalah ujian. Begitu juga kaya dan miskin. Manusia yang hidupnya diuji dengan ketidaknyamanan dan ketidakmapanan secara ekonomi, hendaknya tidak berkecil hati. Karena dunia bukanlah tujuan, melainkan hanya tempat persinggahan untuk menggapai kehidupan selanjutnya yang kekal, yaitu di akhirat.


"Kita selalu dalam ujian terus. Tidak apa-apa sengsara sekarang, (tapi) bahagia kemudian, kesulitan (dihadapi) sekarang, tapi kemudahan nantinya. Yang mudah tidak akan pernah ada selesainya, gampang terus menerus. Nanti tapi," ungkapnya.


Demikian itu harus menjadi acuan penting bagi manusia dalam meniti kehidupan di dunia. Sehingga selama di dunia fokus untuk meraih kehidupan hakiki yang telah dijanjikan oleh Allah swt. "Ini harus dibuat pegangan. Pokoknya dunia itu ya seperti ini, isian-isiannya seperti ini," tuturnya.