Nasional

Sifat-sifat Gus Dur yang Layak Diteladani

Rab, 28 Desember 2016 | 13:16 WIB

Jember, NU Online
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah sosok yang penuh kontroversial, tapi dikagumi. Nyleneh, tapi diikuti. Semua itu merupakan kelengkapan referensi bagi masyarakat untuk melihatnya secara lengkap. Demikian diungkapkan oleh Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad saat bertaushiyah dalam acara Haul Gus Dur ke-7 di Masjid Sunan Kalijaga, Jember, Jawa Timur, Selasa (27/12).

Menurutnya, sosok yang nyleneh di pesantren bukan hal yang asing. Namun kenyelehan tersebut sering kali sebagai “isyarat alam” yang tidak bisa dibaca oleh orang awam, namun dikemudian hari ternyata benar adanya. “Sikap-sikap Gus Dur yang kontroversial, tidak masuk akal, wajib kita hormati, walaupun tidak perlu kita ikuti. Sebab, kalau orang awam mengikuti dan meniru sikap kontroversial Gus Dur, itu bisa fatal,” ujarnya.

Terlepas dari kontroversialitas sikap Gus Dur, kata Kiai Muhyiddin, sesungguhnya cucu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari itu, memiliki sifat yang sangat layak diteladani. Pertama, beliau suka bersilalturrahmi. Di manapun Gus Dur turun ke daerah, hampir pasti mengunjungi tokoh atau kiai setempat. “Kalau di Jember, tokoh yang selalu beliau kunjungi adalah KH Khotib Umar dan KH Muchit Muzadi,“ urainya.

Kedua, Gus Dur adalah pribadi yang sederhana. Kiai Muhyiddin lalu bercerita saat dirinya bertemu pertama kali dengan Gus Dur sekitar tahun 1970. Ketika itu, Gus Dur datang ke Jember, sowan ke Mbah Muchit. Dan Gus Dur berkenan mampir ke rumah Kiai Muhyiddin di Patrang. “Dari rumahnya Kiai Muchit, Gus Dur naik becak sambil menenteng  mesin ketik. Mesin ketik itu mau saya bawakan, gak  boleh. Waktu itu Gus Dur sudah jadi tokoh, tapi masih  mau bawa mesin ketik sendiri,” jelasnya.

Ketiga, Gus Dur adalah sosok yang sangat tawakkal. Sekitar tahun 2006, Gus Dur berkunjung ke Jember untuk yang kesekian kalinya. Dari Surabaya ke Jember, Gus Dur naik pesawat kecil yang berkapasitas 4 orang penumpang. Salah seorang anggota rombongan, tidak mau naik pesawat tersebut karena takut kecelakaan. “Gus Dur bilang ke orang tersebut, sudahlah naik. Kalau belum waktunya mati, gak bakalan mati. Kalau waktunya mati, kejepit pintu juga bisa mati.Itu sikap pasrah yang luar biasa dari Gus Dur,” ungkap Kiai Muhyiddin.

Keempat, Gus Dur adalah sosok yang sangat perhatian pada sahabat.  “Kalau saya ke Jakarta, ketemu Gus Dur, yang beliau tanya selalu  soal kabar kesehatan Kiai Muchit dan Kiai Khotib Umar. Ini ‘kan bentuk perhatian yang luar biasa,” tambahnya.

Acara yang di masjid “milik” Kiai Muhit Muzadi tersebut tersebut, selain dipenuhi jama’ah  masjid, juga dihadiri oleh Raktor Universitas Jember, Muhammad Hasan dan sejumlah kiai. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)