Nasional

Kopri Prima, Visi Maya Jadikan Kopri Magnet Gerakan Perempuan Berkarakter

Sab, 27 Maret 2021 | 14:15 WIB

Kopri Prima, Visi Maya Jadikan Kopri Magnet Gerakan Perempuan Berkarakter

Maya menegaskan bahwa revitalisasi kaderisasi harus dimulai Kopri Rayon. Dengan begitu, kehadiran Kopri di semua tingkatan diharapkan dapat membawa semangat yang positif. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Maya Muizatil Lutfillah terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Korps PMII Putri (Kopri) 2021-2023 pada Kongres XX di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (25/3). Ia bertekad membawa kader-kader Kopri sebagai Perempuan Mandiri dan Maju (Prima).

 

"Mari, kita menjadi kader Kopri Prima, perempuan mandiri dan maju," tegas Maya melalui akun YouTube-nya setahun lalu.

 

Tekadnya tersebut bakal diwujudkan dengan meningkatkan kesadaran secara aktif seluruh kader Kopri untuk meraih akses berbagai kesempatan sebagai salah satu bentuk hubbul wathan minal iman.

 

Dengan kekuatan kader Kopri yang ada di seluruh penjuru Indonesia, kemampuan menjadi sosok yang mandiri secara ekonomi, kreatif, inovatif, percaya diri harus direalisasikan dan ditampilkan ke muka. Jika hal tersebut dapat terwujud, tentu akan menjadi kekuatan besar yang memastikan terwujudnya kader Kopri yang berpikir maju dan berdaya saing, berakhlakul karimah, dan berlandaskan Ahlussunnah wal Jamaah.

 

Kesadaran tersebut bakal ia tumbuhkan sejak pengkaderan di tubuh Kopri. Dalam hal kaderisasi pada Kopri, ia menyebut perlu peningkatan kualitas dari kader itu sendiri, baik melalui kaderisasi formal, nonformal, dan informal.


Setidaknya, ia menggarisbawahi empat poin penting kaderisasi.
1.    Menjadi keniscayaan yang membuahkan pengetahuan dan wawasan yang komprehensif,
2.    Melahirkan militansi,
3.    Menumbuhkan rasa kekeluargaan yang tinggi, dan
4.    Dengan proses kaderisasi yang berjenjang dan teratur yang diprakarsai oleh pengurus akan melahirkan rasa saling mengenal dan menghormati.

 

Baginya, kaderisasi bukan persoalan kuantitas, melainkan kualitas harus lebih diprioritaskan. "Kaderisasi bukan hanya untuk mencari kader sebanyak-banyaknya, akan tetapi juga harus menjadi proses pembelajaran dan penempaan diri, etika dan intelektualitas sehingga menghasilkan kaderisasi yang berkualitas," ujar alumnus Pesantren Al-Falahiyah itu.

 

Maya menegaskan bahwa revitalisasi kaderisasi harus dimulai Kopri Rayon. Dengan begitu, kehadiran Kopri di semua tingkatan diharapkan dapat membawa semangat yang positif.

 

Sebab, kader merupakan organ yang diharapkan akan memegang peran penting dalam sebuah organisasi sehingga kaderisasi dalam tubuh Kopri menjadi sebuah visi tersendiri yang harus dilakukan secara berjenjang, terstruktur, dan sistematis untuk menjamin estafet keilmuan yang berkelanjutan. Ia meyakini hal tersebut membawa kader Kopri tidak hanya menjadi jamaah, tetapi juga jamiyah.

 

Semua proses tersebut, gol yang ia cita-citakan sebetulnya adalah kader Kopri sebagai magnet gerakan perempuan yang berkarakter, berpikir cerdas, bergerak cepat, dan berdaya saing. Kopri sebagai salah satu gerakan perempuan di Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara, dengan keragaman daerahnya memiliki karakter yang beraneka ragam, kultur, dan budaya yang berbeda. Kesetaraan gender tetap harus konsisten disuarakan.

 

Namun, hal itu tetap dilakukan dengan berdasar pada prinsip Ahlussunnah wal Jama’ah. Ia yakin, prinsip yang terus dipegang kader Kopri itu akan menjadikan mereka memiliki karakter dalam pengembangan keilmuan dan menjalankan segala keputusan.

 

"Kader-kader Kopri akan dibentuk pada saat mengikuti jenjang kadersasi formal agar menjadi kader yang sadar betul untuk menjalankan nilai-nilai sebagai kader berpikir cerdas, dalam menyikapi isu gender, cepat merespons dan bergerakan menjawab persoalan perempuan, memiliki kompetensi yang profesional di bidang keilmuan, berdaya saing, yang nantinya ini akan menjadi Magnet Gerakan Perempuan yang berkarakter," katanya.

 

Selain itu, Maya juga bertekad menjadikan kader Kopri sebagai pionir SDM unggul. Untuk bisa bertahan sebagai gerakan perempuan yang dibutuhkan oleh derasnya arus perkembangan zaman, maka Kopri dituntut untuk menguasai keilmuan yang spesifik dan menjadi penggerak di setiap bidang kehidupan, melalui revitalisasi pendidikan dan pelatihan keterampilan di lingkungan Kopri PMII.

 

"Dimulai dengan pengaktualisasian nilai sejak menjalani kaderisasi formal, para kader dibekali untuk menguatkan fondasi kualitas Kopri," ujarnya.

 

Nong Banten 2014 itu juga bertekad meningkatkan konektivitas kader Kopri di seluruh Indonesia guna percepatan dan meretas keterbatasan. "Kader Kopri yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi kekuatan atas besarnya daya peluang dan kesempatan yang bisa direalisasikan oleh seluruh kader Kopri se-Nusantara," pungkasnya.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan