Nasional

KPAI Jelaskan Kenapa Anak Mudah Terkena Paham Radikalisme

Sel, 29 Agustus 2017 | 17:10 WIB

Jakarta, NU Online
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susianah Affandi mengatakan, kelompok ekstremis menyasar anak-anak sebagai target perekrutan. Alasannya, anak-anak dinilai masih polos dan belum bisa menyaring mana konten yang mengandung unsur ektrimisme-radikalisme dan mana yang tidak.

“Karena mereka kan masih polos dan mereka tidak bisa menolak,” kata Susianah selepas mengisi acara Halaqah Pencegahan Anak dari Gerakan Radikal di Jakarta, Selasa (29/8).

Menurut dia, pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi kepada para orang tua tentang ideologi radikalisme dan ekstremisme. Sehingga mereka sadar dan mawas diri akan bahaya gerakan-gerakan yang mengarah kepada terorisme.

“Yang harus dilakukan adalah penguatan ketahanan keluarga,” tegasnya.

Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) itu menyebutkan, anak-anak yang terpapar radikalisme biasanya berasal dari keluarga yang bermasalah seperti orang tuanya bercerai, keluarganya tidak harmonis, dan keluarga yang miskin.

Selain itu, kelompok ekstremis dan radikalis, imbuh Susianah, melakukan propaganda kepada anak-anak dengan menyuguhkan pengertian jihad yang keliru. Mereka menafsirkan jihad dengan dengan perang melawan non-muslim. Maka dari itu, yang paling rentan terhadap radikalisme adalah anak-anak.

“Nilai-nilai itu (pengertian jihad yang keliru) hanya bisa masuk secara mudah kepada orang-orang yang belum punya filter pendidikan, pengalaman, dan sosio kultur,” ucapya.  

Anak sudah terpapar radikalisme
Susianah menjelaskan, seandainya ada anak yang sudah terpapar radikalisme dan terorisme maka pemerintah seharusnya tidak melakukan upaya-upaya yang represif dan menggunakan pendekatan hukum. 

“Jadi bukan pendekatan represif. Kalau menggunakan represif maka akan menularkan virus dendam kepada anak,” jelasnya.

Ia lebih sepakat apabila pemerintah melakukan program rehabilitasi dan kesejahteraan kepada anak-anak yang sudah terpapar radikalisme dan terorisme, yaitu dengan menanamkan pemahaman Islam yang damai.

Di lain pihak, masyarakat juga harus diberikan pendidikan terkait dengan anak-anak yang sudah terpapar radikalisme dan terorisme. Sehingga masyarakat juga bisa ikut serta dalam proses rehabilitasi terhadap anak yang sudah terpapar tersebut. (Muchlishon Rochmat/Abdullah Alawi)