Nasional

Kreatif Buat Aplikasi, Jebolan Pesantren Krapyak Ini Raih 4,2 Miliar

Sab, 12 Agustus 2017 | 16:57 WIB

Jakarta, NU Online
Zaman terus maju ke depan dan cara menghadapi perkembangan zaman juga harus berubah. Inovasi dalam menghadapi pergeseran tersebut pun mutlak harus dilakukan. Maka, kaidah “memelihara hal-hal lama yang bagus dan mengambil hal-hal baru yang lebih bagus” mesti terus diaktualisasikan.

Prinsip itulah yang dipegang Aris Sofyan, santri alumni Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogjakarta. Berkat kegigihannya dalam berkarya, ia mampu masuk ke persaingan di era digital.

Aris membuat konsep aplikasi untuk telepon pintar yang saat ini hampir setiap orang mempunyainya. Dari kreativitasnya, Aris bersama tim nya berhasil memperoleh investasi sebesar 4,2 miliar untuk pengembangan konsep aplikasi yang telah dibuatnya.

Dunia bisnis memang sudah menjadi ketertarikannya sejak kecil meski selama ini ia belum menemukan bisnis yang tepat. “Makin ke sini karena saya juga punya hobi utak-atik komputer, baik itu coding-nya maupun mengikuti perkembangan teknologinya, saya baru tahu kalau startup (perusahaan rintisan) bidang IT itu bisa mendapatkan dana besar dari investor,” ungkap Aris di Jakarta, Sabtu (12/8).

Dari pemahaman itu, ia mencoba membuat konsep startup aplikasi dan kemudian menawarkan kerja sama ke perusahaan-perusahaan di bidang teknologi dan informasi untuk mengembangkan aplikasi tersebut.

Aplikasi yang dibuatnya itu diberi nama Kongkon. Kongkon adalah aplikasi berbasis android yang dibuat untuk melayani segala kebutuhan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Investor melihat bahwa konsep Kongkon ini menarik dan memiliki prospek positif. Dari situlah akhirnya pihak investor mau untuk membiayai pengembangan aplikasi ini.

“InsyaAllah dalam waktu dekat aplikasi layanan Kongkon sudah bisa dinikmati oleh masyarakat,” jelas pria yang sekarang menjadi CEO Kongkon ini.

Dari pengalaman keberhasilan merintis usaha tersebut, Aris yang juga menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum PP IPNU ini menginginkan agar semua santri berani bermimpi untuk mengejar apa yang mereka cita-citakan.

“Era sekarang membutuhkan orang yang bisa membaca keadaan dan inovatif. Santri yang terbiasa hidup sederhana dan terkenal sebagai orang yang ulet harus bisa beradaptasi dengan kebutuhan zaman,” terang Aris  

Menurutnya santri harus melakukan inovsi-inovasi tersebut supaya santri tidak dianggap selalu ketinggalan zaman dan diremehkan orang yang bukan santri.

“Dan yang terpenting, kita harus memperbanyak silaturahmi sebagai budaya kita, karena silaturrahmi melancarkan rezeki,” pungkasnya. (Jefri Samodro/Mahbib)