Nasional MUNAS KONBES NU 2023

Lantunkan Al-Qur'an di Munas Konbes NU 2023, Suara KH Muammar ZA Memecah Rindu Orang

Sen, 18 September 2023 | 09:20 WIB

Lantunkan Al-Qur'an di Munas Konbes NU 2023, Suara KH Muammar ZA Memecah Rindu Orang

KH Muammar ZA, Qori internasional saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an dalam pembukaan Munas dan Konbes NU 2023, Senin (18/9/2023) di Pesantren Al Hamid Cilangkap Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Lantunan indah tilawah Qori Internasional KH Muammar ZA mengawali acara pembukaan Munas Konbes NU 2023 di Pondok Pesantren Al Hamid Cilangkap, Jakarta pada Senin (18/9/2023).


Peserta yang hadir meramaikan Pembukaan Munas Konbes NU tampak seksama mendengarkan lantunan ayat demi ayat Al Qur’an yang dibawakan KH. Muammar ZA.


Kehadiran Qori Internasional KH. Muammar ZA dalam acara Munas Konbes NU 2023 berhasil melepas kerinduan banyak orang akan suara merdunya.


Muammad ZA dikenal sebagai “jawaranya” qari nasional dan internasional. Lelaki kelahiran dusun Pamulihan, Warungpring, Kecamatan Moga, Pemalang, Jawa Tengah, ini pelopor seni mengaji dengan berduet dan membaca saritilawah.


Di era 80-an dan 90-an itu suara merdunya lazim menghias banyak masjid-masjid di Indonesia sebelum Magrib, menjelang Subuh, atau menjelang shalat Jum’at, lewat kaset yang diputar via taperecorder. Kaset-kaset yang meledak juga diputar dalam acara-acara keagamaan seperti Maulid Nabi.


Lelaki kelahiran 14 Juni 1954 itu kebanjiran undangan untuk mengaji di acara-acara pengajian di kota-kota hingga ke kampung-kampung pelosok di Tanah Air. Itu dilakukannya bertahun-tahun, hingga kini. Di luar negeri, Pengasuh Pesantren Ummul Qura, Cipondoh itu pernah diundang Raja Hasanah Bolkiah, istana Yang Dipertuan Agong Malaysia, sampai istana raja-raja di Jazirah Arab untuk mengaji.


Sejak kecil bersama teman-temannya, Muammar belajar seni baca Al-Quran dari teman lain yang lebih besar di kampungnya. Ia juga belajar langsung kepada kakak laki-lakinya Masykuri Z.A yang kala itu masih mondok. Jadi, aktivitas itu dilakukan saat Masykuri ZA libur. Usai SD, Muammar mondok di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Kaliwungu dikenal sebagai kota santri. Di sana puluhan pesantren berdiri.


Setelah mondok, Muammar belajar di PGA di Yogyakarta. Sempat pula ia belajar di IAIN Sunan Kalijaga. Selama kuliah ia masih menggeluti dunia qari. Mengikuti MTQ tingkat Provinsi DIY tahun 1967, ia berhasil menyabet juara pertama tingkat remaja. Setelah itu langganan tetap menjadi kontingen DIY di MTQ Nasional.


Muammar ZA adalah ikon seni mengaji di Indonesia. Dua adiknya, Imron Rosyadi Z.A. dan Istianah mengikuti jejaknya. Imron Rosyadi, juga qari nasional. Begitupun Istianah yang kini menjadi salah satu anggota DPRD Tingkat I Yogyakarta.