Jakarta, NU Online
Lembaga Kajian Strategis Kebangsaan (LKSB) yang dikomandoi oleh Abdul Ghopur menilai bahwa saat ini nasionalisme di dada para pemuda kian hari makin jauh dari prinsip-prinsip yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa (founding fathers).
Seba itu, pihaknya mengajak seluruh elemen pemuda bangsa untuk kembali ke khittah 1928 sebagaimana para pemuda saat itu bersama-sama meneguhkan persatuan dan kesatuan bangsa di tengah perbedaan yang ada.
Hal itu mengemuka saat LKSB menggelar diskusi bertajuk Kembali ke Khittah 1928: Meneguhkan Komitmen Bhinneka Tunggal Ika serta Mewujudkan Negara Amanat dan Cita-cita Proklamasi 45 Demi Keutuhan Bangsa. Diskusi yang diikuti oleh sejumlah organisasi mahasiswa dan pemuda lintas agama dan etnis ini digelar, Rabu (2/11) di Gedung PBNU Jakarta.
Ghopur menilai, etos kerja keras yang tidak budayakan, mental korup, budaya instan, dan pragmatisme yang ada dalam diri para pemuda zaman sekarang membuat mereka terlena di saat bangsa ini membutuhkan penguatan identitas. Atas dasar ini, akhirnya mereka mudah terpengaruh oleh gerakan-gerakan yang cenderung memecah belah bangsa.
“Persoalan yang terjadi selanjutnya adalah lemahnya sinyal ketahanan dan kedaulatan bangsa,” ujar Ghopur, Direktur Eksekutif LKSB ini.
Para pemuda dan organisasi mahasiswa yang hadir dalam forum diskusi tersebut sepakat dan berkomitmen untuk terus menjaga persatuan, kesatuan, dan keutuhan bangsa di tengah kemajemukan seperti yang dicita-citakan para founding fathers dan para pemuda lintas etnis dan agama dalam Sumpah Pemuda 1928.
Untuk itu, sebelum dimulai diskusi, mereka menandatangani Deklarasi Kembali ke Khittah 1926 yang digoreskan dalam sebuah spanduk. LKSB berharap, hal ini menjadi landasan gerak para pemuda untuk menciptakan kehidupan bangsa yang lebih baik tanpa diskriminasi, dikotomisasi, dan intoleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Fathoni)