Nasional

LPBINU Kembali Ungkapkan Bahaya Sampah Plastik bagi Lingkungan

Sab, 19 September 2020 | 10:00 WIB

LPBINU Kembali Ungkapkan Bahaya Sampah Plastik bagi Lingkungan

Solusi permasalahan sampah di antaranya, jika masih dapat menggunakan alat berbahan lain sebisa mungkin hindari penggunaan barang berbahan plastik.

Jakarta, NU Online

Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama menegaskan penggunaan plastik yang berlebihan hingga menjadi sampah sangat membahayakan untuk kelestarian lingkungan. Harus ada komtimen yang kuat baik oleh masyarakat maupun pemerintah dalam mengurangi penggunaan plastik tersebut. 

 

Koorindator Bank Sampah Nusantara (BSN) LPBI NU, Fitria Aryani, mengatakan, sampah plastik sulit dimusnahkan. Kata dia, saat ini yang bisa dilakukan adalah mengurangi penggunaanya. Kehadiran sampah plastik pun menjadi ancaman bagi alam dan kehidupan anak cucu kita di masa yang akan datang karena terus mencemarkan keasrian lingkungan. 

 

"Memang yang kita bisa lakukan adalah mengurangi. Plastik yang biasa saja butuh ribuan tahun untuk terurai. Belum lagi plastik yang ada eco degredoublenya tetap saja 5 tahun sampai 9 tahun. Jadai tetap saja sulit untuk kita,” kata Fitria Aryani saat memandu diskusi virtual yang diselenggarakan LPBI NU, Jumat (18/9) malam. 

 

Ia menjelaskan, yang saat ini bisa diperkuat oleh masyarakat sebagai respons tingginya sampah plastik di Indonesia adalah bijak mengkonsumsi produk. Artinya, meminimalisir penggunaan plastik ketika melaksanakan aktivitas. Jika masih dapat menggunakan alat berbahan lain sebisa mungkin hindari penggunaan barang berbahan plastik.

 

Di beberapa negara, hal ini telah banyak dilakukan sosialisasi. Tujuannya agar sampah plastik tidak menumpuk menjadi sampah. Bahkan sosialisasi ini sekaligus kampanye dalam rangka memanfaatkan sampah plastik untuk diproduksi atau di daur ulang.   

 

"Jadi kita tuh sebagai konsumen akan bisa memilih. Saya membeli ini karena saya yakin sampahnya ini bisa di daur ulang dan tidak mencemarkan lingkungan,” katanya.

 

Dukungan pemerintah

Sementara itu, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mahbub Maafi Ramadhan yang menjadi pemateri pada diskusi itu mengatakan, pihak-pihak yang harus menekan angka sampah plastik tersebut adalah pemerintah. Kata dia, sampah plastik terus bertambah sebab setiap haru diproduksi oleh perusahaan. Jika ada imbauan untuk menghentikan produksi plastik mungkin sampah plastik tidak sebanyak saat ini. 

 

“Memang tidak mungkin semua berbahan plastik dilarang diproduksi. Tapi setidaknya barang-barang yang bisa menggunakan bahan lain, tidak harus semuanya plastik ya dikurangi,” ucapnya. 

 

Dalam catatan LPBI NU, bahaya sampah plastik yang dikhawatirkan diantaranya tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing dan lain sebagainya.

 

Selanjutnya, PCB sebagai zat yang ada di plstik tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan. Selain itu, kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.

 

Dampak lain adalah menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah. Kemudian, kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun. Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.

 

Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.

 

Terakhir, pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan