Nasional

Mantan Dubes Inggris untuk Saudi: Dunia Harus Dengarkan Pandangan NU

Rab, 24 Juli 2019 | 13:30 WIB

Mantan Dubes Inggris untuk Saudi: Dunia Harus Dengarkan Pandangan NU

Ilustrasi bendera NU (istimewa)

Jakarta, NU Online
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki solusi atas kemelut yang sedang melanda dunia saat ini. Kini, dunia internasional mulai melihat dan mengakui bahwa jalan keluar atas kekacauan dunia dimiliki NU. 

Hal itu terlihat dari pandangan dari beberapa tokoh dunia internasional tentang kiprah dan peran NU. Gus Yahya menceritakan, Mantan Menteri Luar Negeri Australia di bawah pemerintahan John Howard, Alexander Downer, menulis sebuah tulisan tentang NU di salah satu media internasional, The Sun. Kata Gus Yahya, Downer menuliskan bahwa dunia internasional harus bekerja sama dengan NU.

Mantan Duta Besar Inggris untuk Arab Saudi Sir John Jenkins, lanjut Gus Yahya, juga salah satu tokoh yang menghargai kiprah NU. Menurut Gus Yahya, Jenkins pernah mengatakan bahwa dunia internasional harus mendengarkan pendapat NU untuk mengatasi kemelut dunia saat ini.

“Ada lagi Sir John Jenkins, mantan Dubes Inggris untuk Saudi. Dia mengatakan, dunia internasional harus mendengarkan pandangan-pandangan Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama disebut shorihan (dengan jelas), bukan Indonesia, bukan Islam moderat, Nahdlatul Ulama shorihan,” kata Gus Yahya, dalam acara Silaturahmi Pj Rais Aam dengan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang Se-Banten, Selasa (23/7).  

Gus Yahya menambahkan, seorang profesor di Universitas Pertahanan Nasional Amerika Serikat (AS), A.J. Nolte, juga memandang NU sebagai organisasi yang strategis. Nolte menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengajak NU jika mereka ingin membuat program yang menyasar dunia Islam.  

“Dia (Nolte) mengatakan, setiap inisiatif internasional yang berkaitan dengan Islam harus memastikan dilibatkannya wakil NU. Ini tanda-tanda atsar,” ucapnya.

Gus Yahya kemudian menjelaskan, orang-orang bingung mengatasi persoalan dunia saat ini, yakni saling mengafirkan dan saling bunuh antara satu kelompok dengan yang lainnya. Namun tiba-tiba dunia melihat konsep persaudaraan yang dicetuskan Rais Aam PBNU KH Achmad Siddiq pada Muktamar 1984 silam. Pada saat itu, Kiai Siddiq menyatakan bahwa semua manusia harus diikat dengan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah/insaniyah), di samping persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah islamiyan) dan persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyah).

“Tahun 1984 NU sudah bicara masalah itu. Kemudian baru Februari tahun ini (2019), Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad al-Thayyeb dan Paus Fransiskus menandatangani pernyataan yang isinya mendukung pernyataan Kiai Ahmad Siddiq. Dokumennya disebut Watsiqotul Ukhuwah al-Insaniyah,” jelasnya. (Muchlishon)