Melalui Guru, Kemenag Dorong Budaya Damai Pendidikan Agama
NU Online · Kamis, 7 Mei 2015 | 16:01 WIB
Semarang, NU Online
Guru agama mempunyai tanggung jawab yang sangat berat, terutama dalam menanamkan moralitas, kesantunan, budi luhur dan kecerdasan. Selain itu, guru agama juga mempunyai kewajiban dalam menjaga keutuhan negara Indonesia dengan kedamaian dan kerukunan.<>
Demikian isi pidato Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam pembukaan Dialog Lintas Guru Agama yang diselenggarakan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang dan Diklat Kemenag RI di Hotel Kesambi Semarang, Rabu (6/5/2015) malam.
Dalam pidato gubernur yang dibacakan Asisten Kesra Budi Wibowo ini juga ditegaskan mengenai pentingnya guru agama diberi amunisi agama yang cinta damai. Selama ini, muatan pendidikan agama hanya bersifat normatif-kognitif dengan menanamkan satu keyakinan bahwa agamanya yang paling benar.
“Soal ritual, memang benar bahwa ‘agamaku adalah agamaku’ dan ‘agamu adalah agamamu’. Namun dalam makna luas, agama merupakan ajaran yang menanamkan nilai multikultural dan kebersamaan dengan mengedepankan dialog,” ujar Budi.
Dalam laporannya selaku Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Dr HM Hamdar Arraiyyah mengatakan, untuk mengakomodasi terwujudnya budaya damai melalui pendidikan agama, Kementerian Agama mengupayakan budaya dialog lintas guru agama. “Kemenag punya tanggungjawab besar dalam mendorong guru agama untuk memberikan ilmu positif tentang agama berwawasan damai,” tegas Hamdar.
Melengkapi pandangan Kapuslitbang, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof H Abdurrahman Mas’ud MA PhD menegaskan pentingnya harmoni agama. “Sekolah harusnya menjadi agen perdamaian. Namun, dalam kenyataannya belum semua sekolah mampu menjadi agen perdamaian yang tepat,” ujarnya.
Menurut Rahman, sapaan akrabnya, masih ditemukan sekolah yang belum bisa menghargai perbedaan, sehingga memicu intoleransi dan ketidakharmonisan. Oleh sebab itu, potensi besar sekolah dalam menjaga perdamaian perlu dikedepankan.
“Satu hal yang harus diperkuat adalah guru agama dibekali dengan cross culture understanding, multiculture of education dan metode-metode pembelajaran agama yang modern. Dengan pola itu, niscaya agama jauh dari konflik,” tandasnya.
Salah seorang peserta dialog, M Rikza Chamami, dalam rilis yang dikirimkan kepada NU Online mewartakan bahwa dialog lintas guru agama tersebut rencananya digelar mulai Rabu-Jumat, 6-8 Mei 2015. “Acara ini diikuti 150 peserta. Mereka antara lain peneliti, unsur majelis agama, pengawas sekolah, dan guru agama dari enam agama resmi di republik ini,” tulis Rikza. (Musthofa Asrori/Fathoni)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
3
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
4
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
5
Waketum PBNU Jelaskan Keistimewaan Belajar di Pesantren dengan Sanad
6
Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik
Terkini
Lihat Semua