Nasional

Melawan Strategi Kelicikan Setan Sesatkan Manusia

Kam, 21 September 2023 | 20:45 WIB

Melawan Strategi Kelicikan Setan Sesatkan Manusia

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat mengisi kajian rutin di pesantrennya, Surabaya. (Foto: Tangkapan layar Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online 
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa manusia di dunia tidak bisa terlepas dari upaya setan untuk menjerumuskan ke dalam jurang kesesatan. Setan memiliki banyak strategi untuk membuat manusia masuk dalam perangkapnya. 


Hal itu disampaikan KH Miftachul Akhyar saat mengisi kajian rutin Kitab Syarah Al-Hikam di pondoknya, Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur. Menurutnya, setan memang diberikan kecerdasan oleh Allah swt, tapi kecerdasannya dibalut dengan kelicikan untuk menyesatkan manusia.


"Cara setan mengganggu orang bodoh dengan menggangu orang alim itu beda," katanya menjelaskan kitab Syarah Al-Hikam dikutip NU Online dari kanal Multimedia KH. Miftachul Akhyar, Kamis (21/9/2023).


Tipu daya setan pada Bani Adam bagaikan aliran darah. Mengalir ke sekujur tubuh manusia sampai ke saraf-saraf kaki. "Nggak terasa kalau darah kita mengalir deras sekali mengalirnya. Seperti setan mengganggu, kita enggak terasa," terangnya.


Apalagi, menurutnya, setan punya taktik main kucing-kucingan. "Artinya setan tidak pernah berhenti mengganggu kita. Melepaskan kita. Selalu ada kesempatan untuk mengganggu kita," imbuhnya.


Lebih jauh, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menyampaikan, di antara cara setan mengganggu dan menggoda manusia dengan mendorongnya untuk senang beribadah. Tapi, pada saat yang sama, setan juga mendorong manusia terus menerus agar meminta imbalan atas ibadah-ibadah yang sudah dikerjakan. Di sini manusia juga dibuat penasaran terhadap wujud balasan tersebut.


"Setan mengganggu kita antara lain kita ini disenangkan di dalam beribadah atau beramal itu segera mendapatkan imbalan," ujar Kiai Miftach. 


Kiai Miftach kemudian mencontohkan wirid-wirid yang memiliki aneka faedah tertentu. Termasuk seperti faedah membaca Surat Al-Waqiah yang dijelaskan dalam banyak riwayat bahwa surat itu bermanfaat untuk kemudahan mendatangkan rezeki bagi yang rutin membaca. Menurut Kiai Miftach, setan bisa juga masuk dalam persoalan ini. Manusia dibuat senang mengamalkan ibadah ini sekaligus mendorongnya agar selalu menagih imbalan yang dijanjikan.


"Kita tidak sadar antara niat dan dorongan setan kita tak bisa membedakan, bukan berarti salah orang membaca surat Al-Waqiah. Surat Al-Waqiah kan memang ada faedahnya sebagai jalan sugih (kaya), tapi kita tidak tahu apakah memang murni karena keikhlasan kita membaca surat Al-Waqiah atau ini dorongan dari setan," ungkapnya.


Selanjutnya, setan juga akan menanamkan perasaan waswas terhadap imbalan yang dijanjikan melalui ibadah-ibadah yang telah dikerjakan. Di sini, manusia bisa terjerumus ke dalam perangkap setan, hatinya dibuat tidak percaya akan imbalan dan akhirnya tidak lagi senang melaksanakan ibadah.


Karena itu, jelas Kiai Miftach, Syekh Ibnu Atha'illah atau Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari dalam kitabnya Al-Hikam, membongkar strategi-strategi licik yang digunakan setan untuk mengintai manusia. Tujuannya adalah agar manusia tidak selalu terperdaya oleh tipu muslihat setan. Manusia harus melawan. 


"Di sini (kitab Al-Hikam) dibongkar biar kita sedikit cerdas. Kita perlu lah sedikit-sedikit enggak nemen-nemen (sangat) kita dibuat bal-balan, dipimpong oleh iblis. Harus kita lawan," ucap Kiai Miftach.


Menurut Kiai Miftach, melawan setan salah satunya dengan cara terus mengontrol diri agar dijauhkan dari penyakit-penyakit hati. Penyakit hati membahayakan manusia. Di antara penyakit hati seperti sombong, hasut, tamak, dan lain sebagainya. Sejumlah penyakit ini mesti harus dicari tahu akar penyebabnya, lalu berusaha semaksimal mungkin untuk membuang jauh-jauh dengan cara mengobatinya.


"Keinginan kamu mencari tahu penyakit-penyakit dalam dirimu seperti kikir, ria, ujub, hasut, banyak penyakit yang ada di diri manusia, kamu ketahui, kamu kontrol itu nilainya lebih baik daripada kamu kepingin tahu hasil ibadahmu, keramatnya seperti apa," jelasnya.


Hal yang cukup mendesak dilakukan oleh masing-masing individu adalah mengevaluasi diri terhadap berbagai aspek. Seperti perangai dan kebiasaan tercela yang mungkin selama ini telah mendarah daging namun tidak disadarinya. Ini penting sebagai ikhtiar menjadi hamba Allah swt yang lebih baik.


"Misalnya, (kebiasaan) mengambil barang temanmu, ini cacat, lisannya suka mencela orang, ngerasani (membicarakan kejelekan) orang, kita tutup, hatinya suka benci, suka marah, suka hasut, (harus dievaluasi), itu lebih baik daripada kita ingin tahu apa hasil dari beribadah sekian tahun. Tidak usah di-kepingini," tegasnya lagi.