Nasional

Melongok Perpustakaan PBNU

Rab, 12 Desember 2012 | 07:27 WIB

Jakarta, NU Online
Kalau saudara sedang bertandang ke Jakarta, jangan lupa menyempatkan diri untuk singgah di Perpustakaan PBNU, ruang 202, lantai dua Gedung PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat.Ā 
<>
Sebelum menemukan buku dan kitab yang tersusun rapi dalam rak, saudara akan dihadapkan dengan buku lebar yang tidak terlalu tebal berisi daftar tamu.

Datanglah pada hari aktif, Senin-Jumat. Perpustakaan siap melayani kebutuhan saudara mulai dari jam 9 pagi hingga 16.30 petang. Di luar waktu yang dipastikan, Saudara akan mendapati pintu perpustakaan terkunci rapat.Ā 

Gelap ruang perpustakaan saat itu, sama sekali tidak memungkinkan dokter mata sekalipun untuk melihat sepotong benda di dalamnya. Dan seorang pun tidak ada yang bertanggung jawab saat hari libur.

Di hari aktif, Syatiri Ahmad, pria setengah baya yang mengurus Perpustakaan PBNU akan melayani Saudara dengan baik. Berkat ketelatenan dan kegigihannya, dia dapat menunjukkan alamat data-data yang Saudara butuhkan. Dia pun sanggup bercerita banyak terkait perolehan data seperti buku atau foto koleksi perpustakaan.

Perpustakaan PBNU berdiri tegak berkat amanah Munas-Konbes NU 1983 di Situbondo, Jawa Timur. Para ulama NU memberikan wewenang kepada Lakpesdam NU, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU untuk mengumpulkan semua data terkait ke-NUan.

Pengadaan perpustakaan PBNU didorong oleh keprihatinan para kiai NU saat itu terhadap nasib data-data NU. ā€œTidak pantas kalau NU sebagai organisasi besar tidak memiliki perpustakaan,ā€ ujar Syatiri.

Selain keprihatinan, para kiai ketika itu terdorong untuk menempatkan kitab-kitab yang mereka kerap gunakan saat bahtsul masaā€™il dalam kegiatan Munas-Konbes NU.Koleksi bukunya secara umum dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder.Ā 
Sumeber primer adalah buku, hasil rapat pleno, hasil ketetapan Muktamar NU, hasil ketetapan Munas-Konbes NU, atau karya tulis ilmiah perihal NU. Sementara koleksi sekunder terdiri dari aneka buku mulai dari buku agama, sosial, filsafat, budaya, politik, bahkan seni tari.

Data primer lain yang dikoleksi perpustakaan adalah foto kegiatan penting NU seperti Muktamar NU dan Munas-Konbes NU dari masa ke masa. Perpustakaan juga mendokumentasikan data primer dalam bentuk rekaman audio, video, kalender, termasuk terbitan berkala.

Bahkan perpustakaan punya media NU terbitan 1930-an. Media itu antara lain bernama Soeara Nahdlatoel Oelama, Berita Nahdlatoel Oelama, Oetoesan Nahdlatoel Oelama, dan banyak lagi media NU.
***
Sebelum 2006, perpustakaan berlokasi di Kantor Lakpesdam NU, lantai dua, jalan H. Ramli nomor 20-A, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan. Saat pindah ke Gedung PBNU, koleksi buku hanya berjumlah 2500 buah. Semuanya terdiri dari sumber primer karena buku sekundernya dihibahkan ke sejumlah pesantren saat itu.

ā€œSetelah pindah, ternyata kita juga membutuhkan buku sekunder sebagai sumber referensi pengunjung. Kita akhirnya mengoleksi kembali buku sekunder demi pelayanan penuh bagi pengunjung perpus,ā€ katanya. Kini koleksi perpustakaan mencapai 9000 buku.

Perpustakaan ini memakan tempat seluas 70 meter persegi. ā€œPadahal idealnya, PBNU mengalokasikan satu lantai penuh untuk kepentingan perpustakaan,ā€ kata Syatiri yang selalu mengenakan kopiah rotan ala kopiah Gus Dur kepada NU Online, Selasa (11/12) petang.

Keistimewaan Perpustakaan PBNU adalah kelengkapan koleksi primer terkait NU. Pengunjungnya lebih banyak terdiri atas kalangan peneliti, akademisi, wartawan, atau penulis. ā€œPengurus NU daerah dan nahdliyin yang kebetulan berkunjung ke PBNU biasanya menyempatkan diri untuk bertandang di perpustakaan PBNU,ā€ tambahnya.

Selain memiliki keistimewaan khusus, buku di perpustakaan, berjajar rapi dalam rak. Sementara kitab kuning memenuhi enam rak bagian sudut Barat perpustakaan. Dalam sebuah rak tersendiri, satu kitab setebal 15 cm dengan tinggi 28 cm dengan 1113 jumlah halaman, terlihat sedikit mencolok karena ukurannya.

Kitab tebal itu adalah ensikolpedi Tasawuf. Kitab yang berjudul ā€˜Muā€™jamus Shufi, Al-Hikmah fi Hududil Kalimahā€™, ditulis oleh Prof. DR. Suad Hakim, Guru Besar Ilmu Tasawuf pada sebuah universitas di Libanon. Kitab ini merupakan sumber primer untuk memahami istilah Tasawuf yang beredar di kalangan nahdliyin maupun dalam literatur Tasawuf.

Ketersediaan banyak buku dan kitab itu juga perlu ditata dengan baik. Pengelolaan koleksi Perpustakaan PBNU setidaknya berpegang kepada buku DDC, Dewey Decimal Classification dan UDC, Universal Decimal Classification.

ā€œDDC efektif untuk mengklasifikasikan buku dengan jumlah di bawah 10.000 buah. Sementara UDC cukup bisa diandalkan untuk mengatur buku dengan jumlah di atas 10.000 buah,ā€ imbuh Syatiri.

Syatiri mengakui bahwa Perpustakaan PBNU sudah semestinya memberikan layanan secara online. ā€œKarena, sekarang memang zaman online,ā€ katanya. Tetapi sebelum melangkah ke layanan online yang didukung oleh digitalisasi, dia mengakui bahwa program katalogisasi belum rampung.

Kecuali persoalan katalogisasi, perpustakaan PBNU juga dihadapkan pada penelusuran dokumen NU yang ada di Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, dan lain-lain. Syatiri menjelaskan, ā€œProgram penelusuran dokumen terhenti sejak 15 tahun lalu karena keterbatasan dana.ā€

Sementara perolehan buku berasal dari beli dan sumbangan pribadi atau institusi. Untuk tokoh NU yang mau menyumbangkan buku atau kitab minimal satu rak, pengurus perpustakaan menyediakan pojok tersendiri.

Sementara karena keterbatasan ruang, foto-foto kiai NU terpajang di atas rak-rak buku. Menurut dia, PBNU sudah semestinya memiliki ruang galeri khusus foto NU dan tokoh-tokohnya.

Terlihat seorang petugas kebersihan tengah berjongkok di satu sudut perpustakaan. Sejumlah foto dengan bingkai ukuran 40 x 35, mengantre di sampingnya. Sementara satu dari gambar kiai itu tergenggam kuat. Di saat yang sama, tangannya yang lain memegang kain lap setengah basah.

Penulis: Alhafiz Kurniawan