Nasional STQH KE-27 JAMBI

Membangun Keluarga Qari-Qariah: Belajar Tilawah Sejak TK sampai Bisa Tampil di MTQ Nasional 

Sab, 4 November 2023 | 16:00 WIB

Membangun Keluarga Qari-Qariah: Belajar Tilawah Sejak TK sampai Bisa Tampil di MTQ Nasional 

Kahil dan Nafisah, dua qari kakak-beradik yang belajar tilawah sejak TK sampai bisa tampil di ajang MTQ Nasional, saat diwawancarai NU Online di Jambi pada Rabu (1/11/2023). (Foto: NU Online/Syakir).

Jambi, NU Online 
Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitulah pribahasa yang menggambarkan dua qariah asal Bali, Nafisah Almais Aidiyah dan Kahilatul Hilwah. Keduanya lahir dari orang tua, H Juhariadi dan istrinya yang juga merupakan pasangan qari-qariah.


Namun, Nafisah dan Kahil tidak serta-merta langsung menjadi qariah. Tentu saja, mereka melalui proses yang panjang sampai bisa tampil dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional.


Keduanya mengaku mulai belajar bertilawah sejak duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Di usia yang masih belia itu, mereka sudah diajarkan orang tuanya melagukan ayat-ayat suci Al-Qur'an.


Namun, mereka tidak berhenti belajar sebatas pada orang tuanya saja. Nafisah sendiri harus terpaut ratusan kilometer dari orang tuanya guna memperdalam kemampuan dan menggali potensinya pada bidang tilawah itu dengan menjadi santri Pondok Pesantren Baitul Qurra, Tangerang Selatan, Banten. Ia belajar secara langsung pada qariah legendaris Indonesia, yakni Nyai Hj Maria Ulfa.


Keseriusannya dalam menekuni bidang itu berbuah manis dengan menjadi peserta terbaik dalam berbagai cabang MTQ, mulai dari tilawah anak-anak, tahfiz 5 juz + tilawah, hingga fahmil Qur'an.


"Latihan dengan tekun," begitu jawabnya ketika ditanya kiat-kiatnya sampai menjadi peserta terbaik itu.


Tentu tidak hanya itu, perlu juga keistiqamahan dan doa. Karenanya, di pondok sendiri, ia mengaku rutin berlatih selepas Ashar dan Maghrib.


"Di kamar kalau ada waktu kosong," lanjut dara yang kini menjadi mahasiswi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu saat ditemui di tengah penyelenggaraan Seleksi Tilawatil Qur'an dan Musabaqah al-Hadits di Jambi, Rabu (1/11/2023).


Sementara itu, Kahil yang kini duduk di bangku kelas 2 SMP itu mengaku belajar tilawah ini memang keinginan pribadinya yang juga didukung dengan tuntutan dan tuntunan orang tua.


Sebagaimana sang kakak, Kahil juga tidak mencukupkan diri belajar pada orang tuanya. Namun, ia juga dikirim orang tuanya untuk mendalami pengetahuan keagamaan lebih jauh dengan mengaji di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur.


Kahil juga sudah tampil di tingkat nasional tiga kali, mulai dari murattal anak-anak hingga tilawah anak-anak untuk dua tahun terakhir ini.


Ketika ditanya soal nagham tilawah favorit, mereka memiliki jawaban berbeda. Kahil mengaku senang mendengar jiharkah, sedangkan Nafisah lebih menyukai nahawand.


"Merasa menguasai, menjiwai," kata qariah yang akrab disapa Ais itu.


Saat ditanya pilihan lagu itu juga menunjukkan perasaannya yang kerap galau, ia tak menampiknya. "Iya (galau) sih, sedikit," kata Ais mengonfirmasi.

Namun, menurutnya, hal terpenting dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an bukanlah suara dan lagunya, tetapi tajwid dan fashahahnya. Apalagi dalam MTQ, lanjutnya, jika pun lagu dan suaranya bagus jika tidak diimbangi dengan tajwid dan fashahah maka nilainya akan jauh berkurang.


"Ya, jali (jelas kesalahannya)," katanya.


Tiga Langkah Orang Tua

Sang ayah, H Juhariadi mengaku memang mendorong putri-putrinya untuk giat belajar dan aktif dalam membimbing mereka supaya semangat belajar. Setidaknya, ada tiga langkahnya sebagai orang tua dalam mendukung putri-putrinya turut terjun dalam dunia yang juga digelutinya itu.


Pertama, membuat anak-anak senang dalam belajar Al-Qur'an. Kesenangan yang dibentuk melahirkan keinginan dan semangat belajar bagi mereka.


"Maka anak itu kita usahakan supaya selalu ikut belajar melagukan supaya mereka senang," ujarnya.


Kedua, mengajak mereka tampil di hadapan publik untuk melatih mentalnya. Hal ini bisa dengan dorongan tampil di acara ataupun dalam MTQ.


"Yang penting (tampil di tempat) kumpul dengan orang banyak," lanjutnya.


Ketiga, mereka juga perlu dibimbing kemampuannya, mulai dari makhraj, tajwid, suara, hingga lagunya.


Tiga hal tersebut menjadi komponen yang dapat menunjang kemampuan anak belajar. "(Jika terpenuhi) Fainsyaallah anak-anak itu menjadi qari-qariah yang andal," pungkasnya.