Nasional

Menahan Amarah, Ciri Orang Bertakwa

Sel, 4 Juni 2019 | 14:10 WIB

Menahan Amarah, Ciri Orang Bertakwa

M. Quraish Shihab (istimewa)

Jakarta, NU Online
Pakar Tafsir Al-Qur’an Profesor Muhammad Quraish Shihab menyebut bahwa salah satu ciri orang-orang bertakwa salah satunya ialah mampu menahan amarah.

"Menahannya bukan berarti tidak marah dan bukan juga berarti tidak memaafkan. Tapi menahannya untuk berpikir," ujar Prof Quraish dikutip NU Online, Selasa (4/6) dalam program Mutiara Hati yang tayang di stasiun televisi SCTV.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Bayt Al-Qur’an ini, jika manusia sedang menahan amarah, usahakan jangan sampai terlihat air muka.

"Kalaupun terpaksa terlihat, maka jangan lidah ikut berucap. Kalau itu pun terpaksa, maka ucapkanlah yang baik," tutur penulis Kitab Tafsir Al-Misbah ini.

"Kalau terpaksa berucap tak baik, maka jangan melampau batas apalagi menggunakan tangan," sambungnya.

Prof Quraish juga menegaskan bahwa predikat takwa tak bisa dilepaskan dari ibadah puasa. Ia mengurai sejumlah catatan terkait puasa di bulan suci ramadhan. Menurutnya, secara umum ibadah puasa bertujuan untuk meraih takwa. Hal itu sesuai yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183.

“Takwa hakikatnya menghimpun segala macam kebijakan dan kebajikan,” ujarnya.

Terkait hakikat takwa tersebut, lanjut Prof Quraish, secara singkat dalam konteks ibadah, ibadah termasuk puasa bertujuan mengingatkan manusia akan dua hakikat yang harus dihayati dalam kehidupan ini.

Pertama, manusia adalah makhluk dwi dimensi yang terdiri dari jasad dan roh. Ibadah puasa dan semua ibadah hendaknya juga sebagai pengingat bahwa kita perlu memberi perhatian pada jasmani serta wajib mengasah dan mengasuh rohani.

Kedua, mengingatkan manusia bahwa hidup bukan hanya sekarang dan di sini, di dunia. Tetapi hidup berlanjut hingga ke akhirat nanti. Dari sini dapat dikatakan, bahwa setiap kewajiban dan anjuran yang ditetapkan dalam konteks berpuasa punya makna yang mendalam dan mendapat perhatian.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian juga ialah melakukan intropeksi terhadap puasa yang telah seseorang lakukan kemarin. Apa kekurangannya untuk disempurnakan dan apa kebaikannya untuk ditingkatkan.

Salah satu yang hendaknya diingat oleh setiap yang berpuasa, menurutnya, dengan sukses berpuasa, dia sebenarnya telah sukses menghindarkan paksaan kebiasaan.

Penulis Kitab Tafsir Al-Misbah ini juga menyebut bahwa puasa merupakan salah satu ibadah yang berusaha mewujudkan sifat-sifat Allah sesuai kadar dan kemampuan makhluk. Karena Allah tidak makan, tidak minum, tidak berpasangan, dan lain-lain. (Fathoni)