Nasional OBITUARI

Meneladani Kiprah Tarbiyah Kiai Tolchah

Rab, 29 Mei 2019 | 11:45 WIB

Meneladani Kiprah Tarbiyah Kiai Tolchah

Almaghfurlah KH M Tolchah Hasan (Foto: annur2.net)

Jakarta, NU Online
Meskipun kabar sakitnya Prof KH Muhammad Tolchah Hasan sering kita dengar lantaran usia beliau yang kian senja, namun berpulangnya kiai kharismatik ini tetap mengagetkan sekaligus menyedihkan.

Pasalnya, Mustasyar PBNU yang dikenal sebagai tokoh di bidang pendidikan ini sangat enerjik dan menginspirasi kaum muda untuk tetap semangat. Tak berlebihan kiranya jika Kiai Tholhah pernah menjabat Rektor Universitas Islam Malang (UNISMA) mengingat kiprah dan perannya demikian kuat di kampus tersebut sejak didirikan.

Ketika era reformasi bergulir, dan tampuk kepemimpinan nasional dijabat Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Kiai Tolchah diberi amanah menjabat Menteri Agama RI masa bakti Oktober 1999-Juli 2001. Kiai Tolchah selama mengabdi dan melayani umat, bangsa, dan negara dikenal sebagai seorang ulama yang mampu meredam konflik (conflict solution maker).

Untuk mengenang dan meneladani kiprah Kiai Tolkhah, NU Online menurunkan cuplikan tulisan tentang beliau dikutip dari Majalah LiDik (Litbang Diklat) Kemenag yang terbit setahun silam.

Kiai Tanpa Pesantren
Kiai Tolchah yang diberi gelar “Kiai Tanpa Pesantren” oleh para akademisi Malang ini sangat dedikatif di dunia tarbiyah (pendidikan). Ini terbukti dengan banyak lembaga pendidikan yang berdiri berkat campur tangan beliau. Tidak hanya itu, kiprahnya dalam dunia politik, budaya, keagamaan, kebangsaan dan sosial, patut diketahui oleh generasi muda dan bangsa Indonesia.

Sekelumit kiprah tersebut diabadikan dalam buku bertajuk Prof KH Muhammad Tolchah Hasan Kiai Tanpa Pesantren: Kiprah dan Pengabdian Sang Kiai dalam Pandangan Para Akademisi. Dijelaskan bahwa kumpulan tulisan tersebut merupakan sebuah buku dari para murid Kiai Tolchah yang sangat mengagumi kiprah dari seorang ulama NU ternama ini. Buku yang ditulis para akademisi ternama di kota Malang ini tidak hanya sekedar sebuah biografi sang tokoh, akan tetapi juga berusaha membuka tabir keistimewaan dari seorang ulama sekaligus umara ini.

KH Muhammad Tolchah Hasan lahir di Tuban, Jawa Timur, 10 Oktober 1936. Putra sulung pasangan Tolchah dan Anis Fatma ini sampai sekarang tercatat sebagai orang nomor satu di Yayasan Al-Ma’arif Singosari. Kiai Tolchah mengelola Yayasan Al-Ma'arif sejak 1959. Saat itu, ia bersama kawan-kawannya saling asah, asih dan asuh di pondok pesantren Miftakhul Ulum Bungkuk, telah mempelopori pendirian Madrasah Tsanawiyah. Kemudian pada 1960 mendirikan Sekolah Pendidikan Guru Agama Lengkap NU (PGAL NU).

Pada 1967 kemudian mendirikan Madrasah Aliyah, pada 1972 juga telah didirikan SD Islam, dan pada 1975 beliau beserta kawan-kawannya membuka Fakultas Tarbiyah Watta’lim (FTT) cabang dari Universitas Sunan Giri Jawa Timur di Singosari Malang. Kiai Tolchah sekaligus merupakan pejabat Dekannya. Lalu pada 1980 bersama kawan-kawan, alumnus Pesantren Tebuireng Jombang ini mendikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Setahun berikutnya, (1981) didirikan pula Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Ma'arif. Pada 1987, beliau dan kawan-kawan juga mendirikan Taman Kanak Al-Ma'arif Singosari.

Hingga sekarang, sekolah-sekolah yang telah didirikan di lingkungan Yayasan Al-Ma’arif Singosari meliputi TK, SDI, MTs, MA, SMP dan SMA. Sedangkan Fakultas Tarbiyah Watta'lim Unsuri telah digabung dengan fakultas-fakultas baru di bawah naungan Universitas Islam Malang (UNISMA). Sedangkan PGAL-NU telah dihapuskan oleh peraturan pemerintah, namun Kiai Tolchah pada awal tahun 2000-an juga telah mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Singosari.

Kiai Tolchah sampai sekarang berperan sebagai panutan, konsultan sekaligus sebagai sumber acuan dalam pengambilan keputusan dan pengembangan sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Al-Ma'arif Singosari Malang. Di samping itu, Kiai Tholhah juga menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Pendidikan Al-Ma'arif Singosari Malang.

Pendiri UNISMA 
Peran dan kiprah KH Muhammad Tolchah Hasan makin memuncak ketika para tokoh masyarakat, ulama dan cendekiawan NU di Malang menunjuknya sebagai Ketua Panitia 9 untuk mendirikan Universitas Islam Malang (UNISMA). Para tokoh berjumlah 27 orang yang berkumpul pada 27 Maret 1981 tersebut menunjuk panitia 9 yang diberi kepercayaan dan tanggung jawab merumuskan secara detail dan konkrit persiapan-persiapan teknis pendirian UNISMA.

KH M Tolchah Hasan bersama Panitia 9, yakni H Fathullah (Sekretaris), M Wiyono, H Abd Ghofir, HM Syahroel, H Hasan Bisri, dan H Jihaduddin, H Abdul Mudjib, dan H Maksum Umar. Panitia 9 ini didampingi oleh KH Oesman Mansoer sebagai penasehat.

Pendirian Unisma Mula-mula dirintis dari Fakultas Tarbiyah Watta’lim dan Fakultas Pertanian Universitas Sunan Giri Malang (Unsuri) Malang. Kedua fakultas ini merupakan embrio dari UNISMA. Waktu itu, Kiai Tholhah telah menjabat sebagai kuasa Dekan Fakultas Tarbiyah Watta’lim Unsuri di Singosari Malang, yang ikut disatukan di UNISMA.

Setelah UNISMA berdiri, Kiai Tolchah ditunjuk sebagai Pembantu Rektor I UNISMA. Sedangkan Al-Maghfurlah KH Oesman Mansoer didaulat panitia 9 sebagai rektor. Dalam waktu relatif cepat, UNISMA menambah beberapa Fakultas, meliputi Tarbiyah, Pertanian, Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Ekonomi, Peternakan, Teknik, Ilmu Administrasi, serta Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Sepeninggal Kiai Oesman, Kiai Tolchah menggantikannya sebagai Pejabat Sementara Rektor. Kemudian pada 11 September 1989, beliau diangkat sebagai Rektor oleh Senat Universitas dan Yayasan UNISMA. Pada 11 Desember 1993 beliau terpilih kembali sebagai Rek UNISMA pada periode 1994-1998 oleh Senat Universitas dan kukuhkan oleh yayasan UNISMA. Selepas beliau menjabat seba Rektor, beliau diangkat menjadi Ketua Umum Yayasan UNIS dan beliau terpilih pada rapat pleno Yayasan UNISMA,setelah menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan, kini juga telah ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan UNISMA.

Hal ini memberi kesempatan kepada beliau untuk lebih mengembangkan UNISMA yang dipimpinnya. Kiai Tolchah dalam memimpin UNISMA menerapkan landasan keikhlasan, kejujuran dan kerukunan, sebagai trilogi UNISMA yang telah dirintis dan diterapkan sejak almarhum KH Oesman Mansoer sebagai rektor pertama. Keikhlasan diharapkan untuk menjaga idealisme. Bekerja di UNISMA tidak sekedar mencari materi tapi diniatkan pada pengembangan lembaga untuk kejayaan umat Islam.

Kejujuran dimaksudkan dalam mengatur lembaga di tingkat mana pun harus tetap menjunjung tinggi sikap mental yang amanah, bertanggung jawab, tidak hanya di atas kertas tetapi lebih dari itu bertanggung jawab dunia akhirat. Kerukunan dimaksudkan, agar stabilitas kemajuan UNISMA terjamin membina kemitraan antar pimpinan, antara pimpinan dan bawahan ataupun antarsesama bawahan perlu diusahakan dengan sebaik-baiknya.

Selama mengelola UNISMA, Kiai Tolchah telah banyak mengembangkan lembaga ini dengan cara melengkapi laboratorium, pengembangan fisik, Sumber Daya Manusia (SDM), dan pengembangan kelembagaan dengan ciri-ciri khusus. Misalnya beliau telah memprakarsai berdirinya Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Islam (LPPI) pada 1986-1990. Kemudian lembaga ini ditingkatkan peranannya dan diubah namanya menjadi Lembaga Pengkajian Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Islam (LPITI) sejak 1990 hingga sekarang.

Lembaga ini didirikan untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan, mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan Islam yang diselenggarakan oleh unit-unit pengkajian di fakultas-fakultas dan unit-unit terkait di lingkungan UNISMA. Selain itu, lembaga ini ikut mengusahakan peningkatan kualitas SDM yang paham terhadap dinamika Islam dan Ahlus sunnah Wal-Jamaah.

Kreativitas yang lain, Kiai Tolchah telah banyak melontarkan pikiran-pikirannya dalam mengembangkan pengajaran agama Islam di kalangan mahasiswa. Menurut Kiai Tolchah, mahasiswa UNISMA sebagai calon pemimpin di masa depan, harus dibekali ilmu pengetahuan dan profesionalisme sesuai disiplin ilmu yang diminati, di samping juga harus menguasai pengetahuan agama. Bagi mahasiswa semester VI diharapkan dapat menguasai disiplin ilmunya masing-masing yang dikaji melalui pendekatan Islam. Oleh karena itu, di lingkungan UNISMA tidak jarang kita jumpai adanya Dosen pada Fakultas umum yang mengajarkan Pendidikan Agama Islam di fakultas masing-masing, bahkan di fakultas lain. 

Sisi lain, untuk pengembangan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah Kiai Tolchah juga memprakarsai berdirinya Aswaja Center yang berpusat di Bumiaji, Batu. Lembaga ini diharapkan sebagai wadah dan pusat pengembangan dinamika pemikiran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah serta mampu mengorbitkan pemikir-pemikir muslim yang handal dalam bidang sains, teknologi dan Islam. Kiai Tholhah juga ditunjuk sebagai Ketua Umum Yayasan Sabililllah, sejak Masjid besar Sabilillah berdiri hingga kini. Beliau juga aktif di Yayasan Sa’adatu ad-Daaroin sejak 1991.

Selamat jalan, Kiai Tolchah.. Jasamu akan abadi di hati sanubari para santri. (Musthofa Asrori)