Karanganyar, NU Online
Adat brokohan merupakan upacara adat yang berupa bancaan atau selamatan yang dilaksaankan beberapa jam setelah kelahiran bayi. Ditinjau dari maknanya brokohan juga bisa berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta.
<>
“Brokohan memiliki makna, adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita atas proses kelahiran yang berjalan lancar dan selamat,” ujar Pariyem, salah satu dukun bayi di Ngadirejo, Mojogedang Karanganyar saat dikonfirmasi NU Online, Selasa (6/5).
Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari atau plasenta si bayi. Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan makanan, seperti tumpeng brokohan kepada sanak saudara dan para tetangga.
“Ari-ari atau plasenta sendiri di dalam masyarakat Jawa sering disebut pula dengan batur bayi (teman bayi). Oleh karena itu plasenta harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin setelah bayi dilahirkan yaitu dengan dipendam, diberi lampu, dan dipagari, tidak serta merta dibuang begitu saja karena kita harus ingat bahwa batur bayi-lah yang menemani bayi saat di kandungan,” tambahnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa plasenta memiliki fungsi yang sangat penting disaat bayi dalam kandungan. Selain mengirimkan gizi dan oksigen dari darah ibu, ia juga bertugas membawa kembali karbondioksida dan sisa-sisa pembuangan janin ke darah ibu.
Plasenta juga membentuk pertahanan terhadap penyakit tertentu. Oleh sebab itu, perawatan orang jawa terhadap plasenta bayi yang sudah lahir dengan memberinya penerang (lampu) dan pagar agar tidak dimakan binatang, ternyata adalah sebuah teladan bagi kita agar tidak melupakan kebaikan atau jasa siapa/apa saja yang pernah diberikan kepada kita. Selain menjadi sarana sedekah dan bersyukur kepada Allah, serta mendo’akan si anak semoga menjadi anak yang shalih dan shalihah.
Di sini juga beberapa tetangga dan sanak saudara yang diberi makanan brokohan akan menyampaikan tahni’ah/ucapan selamat sehingga akan mempererat kerukunan antara keluarga dan tetangga. Dan adat ini merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia, yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. (Ahmad Rosyidi/Mahbib)
Foto: plasenta bayi dipagari dan diberi penerang
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua