Nasional

Menjaga Lisan, Menyelamatkan Diri

Sen, 11 Maret 2019 | 15:15 WIB

Menjaga Lisan, Menyelamatkan Diri

ilustrasi (republika)

Jombang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo, Jawa Timur, KH Ali Masyhuri bercerita terkait bagaimana seseorang bisa selamat di dunia. Ia mengutip sejarah kala Sahabat Utbah bin Amir bertanya tentang keselamatan hidup pada Kanjeng Nabi Muhammad Saw. 

"Maka Rasulullah SAW bersabda, Amsik alaika lisaanaka, walyasak baituka, wabki ‘ala khotiiatika, yang artinya jagalah lisanmu, luaskanlah rumahmu dan tangisilah perbuatan salahmu," ucapnya saat didapuk sebagai penceramah di Haul Mbah Bisri Syansuri, Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis (7/3) lalu.

Dapat diuraikan, kata dia, bahwa kalau mau selamat dunia dan akhirat, jangan bicara kecuali benar dan  manfaat, karena setiap kata yang diucapkan pasti didengar oleh Allah dan pasti dimintai pertanggungjawaban. Berpikir sebelum bicara adalah keniscayaan karena kalau sudah keluar tidak bisa ditarik lagi.

"Banyak orang yang berpangkat jenderal tapi ngomongnya kayak kopral. Banyak juga yang mengaku kiai atau ustadz tapi ngejak gelut orang. Kiai kok ngejak gelut," tuturnya.

Kiai yang kerap disapa Gus Ali ini menambahkan, banyak juga orang yang rezekinya sempit karena bicaranya tidak bisa dipercaya. Jika ingin mendapatkan keberkahan pada umur dan keturunan, seseorang jangan bicara kecuali hal-hal yang benar dan bermanfaat.

Ia mengimbau agar manusia harus terus belajar mendengarkan secara empatik. Karena Allah menciptakan dua telinga dan satu mulut. Itu menurutnya adalah isyarat kalau manusia disuruh lebih banyak mendengar dari pada berbicara. 

"Karena itulah Kiai Bisri Syansuri termasuk kiai yang sangat saya kagumi. Beliau alim, zahid, wirai. Saking wira’i-nya sampai-sampai ndak mau makan di warung," jelasnya.

Maka sangat bijak, tambahnya, pepatah mengatakan, dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu. Tapi dalamnya hati dapat dilihat dari lisannya. Jika ada orang yang bicaranya ngawur, maka hatinya ngawur, karena lisan adalah cerminan hati. Jika orang berhati bersih, yang diucapkan pastilah kebaikan, tolong-menolong, persatuan, dan sebagainya.

"Nek wong atine kotor (jika orang hatinya kotor), maka lisannya juga kotor. Bisanya hanya mencaci, memaki dan menghina," ucapnya.

Syaikh Jalaludin Rumi mengatakan, kata Gus Ali, bila fisik sakit pergilah ke dokter, bila hati sakit pergilah kepada kekasih-kekasih Allah. (Syamsul Arifin/Kendi Setiawan)