Nasional

Meriang Usai Vaksinasi, Satgas Covid-19 PBNU: Itu Pembentukan Daya Tahan Tubuh

Rab, 23 Juni 2021 | 03:00 WIB

Meriang Usai Vaksinasi, Satgas Covid-19 PBNU: Itu Pembentukan Daya Tahan Tubuh

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 PBNU dr H Makky Zamzami (Foto: Satgas PBNU)

Jakarta, NU Online


Salah satu efek samping yang timbul usai seseorang melakukan vaksinasi adalah meriang disertai demam, selama satu hingga dua hari. Menurut Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dr H Makky Zamzami, hal itu merupakan proses pembentukan daya tahan tubuh. 


“Berarti benar itu, karena vaksin berasal dari virus yang dimatikan. Jadi, meriang itu suatu mekanisme tubuh secara fisiologis. Ketika ada zat yang masuk ke dalam tubuh maka secara reflek tubuh ini akan mengerahkan sel-sel untuk membentuk daya tahan tubuh,” jelas dr Makky kepada NU Online, Senin (21/6) lalu.


Proses tersebut secara langsung meningkatkan suhu tubuh. Tujuannya, mempercepat pengenalan antara vaksin dengan seluruh sel yang ada di dalam tubuh. Karena itu, gejala seperti meriang dan demam menjadi suatu yang wajar saat pasien selesai vaksinasi. 


“Ada beberapa orang yang demam tapi ada juga beberapa orang yang tidak demam. Tidak semua. Nah, ketika pembentukan daya tahan tubuh itu dosisnya akan turun maka akan ditambah dosis yang kedua untuk pembentukan daya tahan tubuh yang lebih kuat lagi,” terangnya.


“Daya tahan tubuh ini bisa dicek di laboratorium untuk menghitung berapa yang terbentuk antibodi kita. Ketika ada tes, antigen atau tes antibodi itu bisa reaktif ada imonoglobin,” imbuh dr Makky.


Akan tetapi jika dites swab antigen, selama seseorang tidak tertular Covid-19 secara langsung, maka hasilnya akan tetap negatif. Sementara jika dites kemudian positif Covid-19, maka itu karena memang tertular Covid-19. 


“Karena tertular Covid-19 ya, bukan karena vaksinasi. Vaksin itu, adanya di lapisan di dalam darah, sedangkan antigen itu berada di hidung yang diambil. Vaksin itu virus yang dimatikan. Ini harus dimengerti,” tegas dr Makky. 


Ia lantas mengingatkan bahwa vaksin bukan serupa jubah agar terhindar dari Covid-19. Tetapi tujuan vaksinasi adalah agar ketika tertular Covid-19, tubuh akan menjadi lebih kuat daripada orang yang belum melakukan vaksinasi.


Proses penyembuhan orang yang positif Covid-19 setelah vaksinasi pun akan lebih cepat. Vaksinasi akan berdampak pada menurunnya angka kematian dan menurunkan jumlah penularan. Hal ini sebagaimana vaksin influenza yang tidak berarti orang akan kebal dengan flu. 


“Misalnya sebelum divaksinasi itu, kita bisa terkena flu empat sampai lima kali, setelah divaksin kita hanya terkena satu atau dua kali. Jadi setelah divaksinasi maka harus tetap menjalani protokol kesehatan, tetap hindari kerumunan agar tidak tertular virus,” pungkasnya. 


Data penerima vaksinasi Covid-19 di Indonesia


Dilansir dari situs resmi Satgas Penanganan Covid-19, per 20 Juni 2021 tercatat 23.043.372 orang telah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama. Sementara penerima vaksin dosis kedua 12.239.706 orang.


Sejauh ini, baru 30,33 persen warga Indonesia yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap. Persentase ini didapat dari target pemerintah, yakni 40.349.049 orang harus mendapatkan vaksinasi Covid-19.


Vaksinasi Covid-19 di Indonesia dibagi menjadi empat tahap. Pertama, untuk petugas kesehatan yang ditarget mencapai 1.468.764 orang. Kedua, petugas pelayanan publik dan lansia dengan target sasaran masing-masing 17.327.167 dan 21.553.118 orang.


Ketiga, masyarakat rentan di daerah dengan risiko penularan tinggi dengan target menjangkau 63,9 juta orang. Keempat, masyarakat umum dengan pendekatan klaster yang ditarget 77,7 juta orang. 
 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF