Nasional

Milenial Dinilai Lebih Tangguh Hadapi Kesulitan Ekonomi karena Pandemi 

Sab, 18 September 2021 | 23:00 WIB

Milenial Dinilai Lebih Tangguh Hadapi Kesulitan Ekonomi karena Pandemi 

Ilustrasi: generasi milenial menerapkan tiga strategi dalam menghadapi dampak ekonomi pandemi. Pertama, strategi aktif. Strategi ini digunakan oleh milenial untuk 'menghasilkan', seperti salah satunya membuka usaha

Jakarta, NU Online
Terseok-seoknya sektor ekonomi dihajar pandemi Covid-19 begitu terasa dampaknya oleh banyak kelompok. Dosen Sosiologi Universitas Nahdlatul Ulama (UNUSIA), Shinta Mutiara Rezeky menjelaskan bahwa generasi milenial adalah kelompok yang resilient (tangguh) dan kebal terhadap tekanan ekonomi selama pandemi. 

 

"Generasi (milenial) yang bisa menciptakan peluang baru. Kita tidak tahu pandemi ini sampai kapan. Ketika situasi yang begitu pelik dan begitu mengancam, mau tidak mau kan, tidak mungkin pasrah. Artinya kita dituntut untuk dua kali lipat lebih gigih lagi memikirkan apa yang mesti dilakukan," ujarnya saat mengisi Workshop Daring Membangun Ketahanan Ekonomi Generasi Milenial di Era Pandemi, Jumat (18/9/2021). 

 

Melihat data proporsi generasi muda, Shinta membeberkan 55 persen dari generasi milenial di Indonesia memiliki karakter yang percaya diri, kreatif, dan pandai bersosialilsasi. Hal ini ditinjau melalui lokasi berkembang mereka yang tinggal di perkotaan. Karakter tersebut terbentuk karena dinamisnya kehidupan kota yang mendorong mereka untuk bertahan di tengah badai persaingan. 

 

Milenial sendiri memiliki pola pikir yang unik. Mereka bekerja dengan orientasi bukan hanya untuk mendapatkan upah, tapi juga untuk membentuk skill (keterampilan) baru. Mereka lebih menginginkan pengembangan diri. Hal inilah yang medasari tingginya tingkat curiosity (rasa ingin tahu) milenial untuk mencoba hal baru. Terlebih, situasi pandemi menekan mereka untuk melakukan perubahan apabila ingin bertahan. 

 

Ia menjelaskan bahwa generasi milenial menerapkan tiga strategi dalam menghadapi dampak ekonomi pandemi. Pertama, strategi aktif. Strategi ini digunakan oleh milenial untuk 'menghasilkan', seperti salah satunya membuka usaha. Milenial dinilai jeli dalam melihat peluang usaha, lantaran akrabnya dengan media sosial. Media inilah yang kemudian digunakan sebagai wadah promosi yang nantinya akan memberi masukan kepada mereka. 

 

Kedua, strategi pasif. Berbeda dari strategi aktif yang menghasilkan, strategi pasif ini mendorong milenial untuk meminimalisir pengeluaran. Strategi resiliansi ini dapat membuah milenial bertahan dengan cara berhemat. Terakhir, strategi jaringan. Strategi ini dilakukan milenial dalam hal mencari dukungan dari keluarga, teman atau komunitas yang ia miliki. Strategi ini berkaitan erat dengan strategi aktif. Terlebih, apabila seseorang hendak mencari pemasukan baru, strategi jaringan ini mau tidak mau perlu ia kembangkan. 

 

Secara kesuluruhan, Shinta berkesimpulan bahwa pandemi merupukan situasi baru yang turut membentuk milenial menjadi lebih kreatif, adaptif, dan inovatif untuk menciptakan peluang baru. 

 

Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan