Nasional

MUI Pusat Minta Masyarakat Abaikan Pernyataan Tidak Logis Sukmawati

Ahad, 17 November 2019 | 12:15 WIB

MUI Pusat Minta Masyarakat Abaikan Pernyataan Tidak Logis Sukmawati

Masduki Baidlowi, Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi

Jakarta, NU Online
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat untuk tidak perlu merespons secara berlebihan terhadap pernyataan Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri atau Sukmawati yang membanding-bandingkan peran Nabi Muhammad SAW dan Soekarno. Pasalnya, cara berpikir Sukmawati dinilai tidak normal.
 
"Saya kira umat kita normal lah, cara berpikirnya logis lah, sehingga tidak perlu menanggapi orang yang berpikir tidak normal. Gitu, lho" kata Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi Masduki Baidlowi kepada NU Online, Ahad (17/11) melalui sambungan telepon.
 
Menurut Masduki, Nabi Muhammad tidak boleh dibanding-bandingkan dengan siapa pun, termasuk Soekarno. Zaman hidup keduanya juga berbeda jauh. Nabi Muhammad hidup pada abad ke-6 dan 7 masehi, sementara Soekarno pada abad ke-7 masehi.
 
"Lah, iya, (cara berpikir membandingkan Nabi Muhammad dan Soekarno itu) gak normal. Bagaimana peran Bung Karno di abad ke-20 dibandingkan dengan Nabi Muhammad kan gak match (cocok)  Gitu, ya. Logika yang dibangun juga gak logic. Gak bisa dibanding-bandingkan," terangnya.
 
Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi atas pernyataan Sukmawati. "Umat nggak perlu terprovokasi. Ngapain terprovokasi, wong itu cara logikanya gak normal, gak bener. Sementara umat selama ini cara berpikirnya bener. Ngapain ngikut-ngikut orang yang cara berpikirnya gak normal," ucapnya.
 
Sebagaimana diketahui, Sukmawati kembali menjadi sorotan karena pernyataannya dalam sebuah Forum Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Divisi Humas Polri di Jakarta Selatan, Senin, 11 November 2019. Pada forum tersebut, Sukmawati melemparkan pertanyaan kepada audiens yang diikuti oleh mahasiswa dan generasi muda tentang siapa yang paling berjasa di abad awal untuk kemerdekaan Indonesia: Nabi Muhammad atau Bung Karno.
 
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Muhammad Faizin