Kota Banjar, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ma’ruf Amin mengemukakan, selain bertugas menjaga negara, Nahdlatul Ulama juga berkewajiban menjaga agama. Menurt Kiai Ma’ruf, kewajiban tersebut agar ajaran-ajaran yang moderat dan toleran terus berlangsung di Indonesia.
“NU menjaga ajaran yang rahmatan lil alamin, ajaran yang moderat, ajaran tawasutiyah, ajaran seperti dibawa Nahdlatul Ulama,” kata Kiai Ma’ruf pada forum Silaturahmi Alim Ulama di Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (27/2).
Menurut Kiai Ma’ruf, NU didirikan untuk menangkal akidah-akidah yang rusak, berbagai pemikiran yang menyimpang, dan gerakan yang ekstrem. Sementara sekarang ini, lanjutnya, bukan lagi untuk antisipasi terhadap ketiga hal tersebut, melainkan harus melawan, sebab ancaman tersebut sudah terlihat.
“Itulah tugas kita, selain menjaga negara, juga menjaga akidah, paham keagamaan dari kemungkinan akan adanya perubahan-perubahan,” ucapnya.
Ia mengemukakan, di sejumlah negara seperti di Iran, Ahlussunnah wal Jamaah tidak diberi ruang untuk menjalankan ajaran-ajaran Aswaja. Padahal, sejumlah tokoh seperti Imam Ghazali makamnya tidak terurus dengan baik di Iran.
“Kenapa? Karena penguasanya berkolaborasi dengan Syi’ah, negaranya menganut paham Syi’ah, (dan) Ahussunnah wal Jamaah tidak diberi kesempatan,” ucapnya.
Begitu juga di Arab Saudi yang pernah ditempati banyak tokoh Aswaja seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Mahfudz at-Tarmasi, dan Hadratusysyekh KH Hasyim Asy’ari. Kini, menurutnya, praktik keagamaan Aswaja sulit dilakukan karena Arab Saudi menganut paham Wahabi.
“Sekarang Ahlussunnah wal Jamah dalam kesulitan karena negaranya, penguasanya menggunakan, menetapkan paham wahabi sebagai paham negara,” ucapnya. (Husni Sahal)