Nasional

Mustasyar PBNU Terangkan Makna Barokah

Sab, 31 Mei 2014 | 03:03 WIB

Kudus, NU Online
Pengajian rutin Tafsir Al-Qur’an yang diasuh Mustasyar PBNU KH Sya’roni di Masjid Al Aqsha Menara Kudus, Jumat (30/5) pagi, mengkaji  surat Al-Mulk ayat 1. Dalam pengajian yang dimulai waktu fajar ini, KH Sya’roni menerangkan tentang makna barokah.
<>
Diterangkan, tabarukan atau biasa disebut barokah mempunyai makna penambahan kebagusan dari Allah (ziyadatul khair). Artinya, setiap waktu semakin bertambah baik.

“Nabi Muhammad, sebagaimana diterangkan dalam hadits Bukhari, pada waktu  mendoakan bayi selalu dengan barokah . Bunyi doanya 'barakallahu haadzal walad' (Ya Allah semoga bayi ini diberi barokah). Ini artinya supaya semakin besar akan semakin bertambah baik,” jelas KH Sya’roni seraya mencontohkan acara walimatut tasmiyah (pemberian nama) bayi yang menjadi tradisi masyarakat Muslim.

Lebih lanjut Ulama Kharismatik Kudus ini menjelaskan, meminta (doa) barokah juga merupakan tindakan (sunnah) yang dilakukan Nabi Muhammad. Pada waktu  disowani sahabat Umar yang pamitan hendak menunaikan umrah,  Nabi meminta supaya didoakan di tanah suci Makkah.

“Padahal Nabi itu sosok yang paling mulia di dunia, kok masih minta didoakan sahabat Umar,ini pelajaran yang luar biasa bagi kita ummat. Makanya orang tua setiap ada yang menunaikan ibadah haji selalu datang mengikuti untuk didoakan di Makkah,” tuturnya.

Barokah , kata mbah Sya’roni melanjutkan keterangan ayat Al-Mulk, terkadang ada yang memaknai Maha Suci. Artinya, semua alam ini adalah kekuasaannya Allah karena selaku sang pencipta. “Allah mau membuat apapun pasti kuasa termasuk kematian makhluknya,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, KH Sya’roni juga menerangkan tentang wasilah. Dijelaskan, wasilah itu mempunyai arti tiga yakni tempat terhormat di surga, suatu amal untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan meminta kepada Allah dengan perantara melalui Nabi atau orang shalih.

“Sahabat Bilal sering ke makam Rasulullah berdoa meminta hujan karena kondisi bangsa yang kekeringan. Hal ini meminta kepada Allah melalui perantara (wasilah) Nabi atau orang-orang baik,” tuturnya.

Mbah Sya’roni juga mengingatkan jamaah supaya pandai menggunakan kesempatan waktu untuk berbuat kebaikan seperti shalat, i’tikaf di masjid, membaca Al-Qur’an, mendengarkan pengajian, bersedekah, dan amalan baik lainnya.

“Setiap saat jangan sampai mengosongkan amal . Paling tidak ketika diam membaca istighfar, berdzikir dan bertasbih,” ajaknya.

Pengajian rutin berlangsung setiap Jumat fajar dan diikuti ribuan jamaah dari Kudus dan daerah sekitarnya. (Qomarul Adib/Mahbib)