Nasional

Naskah Keagamaan Hendaknya dapat Dinikmati Generasi Milenial

Rab, 28 Agustus 2019 | 18:00 WIB

Naskah Keagamaan Hendaknya dapat Dinikmati Generasi Milenial

Kepala Puslitbang LKKMO Balitbang Diklat Kemenag M Zain di Surabaya.

Surabaya, NU Online
Sejumlah kalangan mengapresiasi berlimpahnya naskah kuno keagamaan yang dihasilkan ulama Tanah Air. Bahkan, belakangan telah ditemukan pula ratusan karya dari para kiai yang tersebar di beberapa kota. Agar keberadaan manuskrip dan naskah tersebut tetap lestari, sudah seharusnya bisa dinikmati anak muda zaman sekarang yang akrab disebut generasi milenial.
 
Demikian di antara catatan pada Workshop Repositori Naskah Keagamaan Madura yang diselenggarakan Balai Litbang Agama (BLA) Semarang di Surabaya, Rabu (28/8) malam.
 
Pada diskusi yang diikuti peserta sebagai pemilik naskah, akademisi, dan utusan kantor Kementerian Agama tersebut menghadirkan Muhammad Zain dan Sirojul Arifin sebagai narasumber.
 
Menurut M Zain, hingga kini Kemenag RI telah mengumpulkan dan mendigitalisasi 6200 manuskrip. “Termasuk 400-an manuskrip mushaf al-Qur’an dari Banda Aceh hingga Papua oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an (LPMQ),” kata dia.
 
Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat Kemenag ini menjelaskan, bahwa dalam waktu dekat seluruh manuskrip yang ada akan diintegrasikan. “Termasuk dengan Perpustakaan Nasional,” tuturnya.
 
Menurut dia, keberhasilan tersebut memberi pesan bahwa para ulama Tanah Air memiliki pengetahuan dan kedalaman dalam berbagai persoalan agama Islam yang diakui dunia. “Para ulama terdahulu memiliki naskah yang bahasanya mendunia,” tegas Zain.
 
Pria asal Mandar Sulawesi Barat ini juga menyebutkan betapa khazanah Islam Nusantara juga kaya dengan banyak aksara. “Ada askara Bali, Bugis, Batak, Jawa, termasuk Madura,” ungkapnya.
 
Menurut dia, kehadiran pemilik naskah dan para pakar sebagai penyelamat manuskrip. Namun demikian, tugas berikutnya adalah bagaimana mentransformasikan dengan tantangan zaman. “Sehingga khazanah intelektual yang kaya tersebut dapat dipotret serta bisa dinikmati anak milenial,” tandas Zain.
 
Langkah tersebut menjadi penting dalam upaya menyambungkan sanad keilmuan atau ketersambungan intelektualitas. “Pada saat yang sama, generasi muda juga memiliki kesadaran bahwa kita adalah keturunan orang pintar,” tegasnya. Hal tersebut demi meningkatkan kepercayaan diri agar tidak minder karena pernah dijajah, lanjutnya.
 
M Zain juga mengemukakan bahwa menyelamatkan dan mendalami manuskrip bukan berarti sebagai generasi kuno. “Justru mereka yang mengetahui sejarah masa lalu akan cemerlamg di masa mendatang,” tegasnya.
 
Di akhir paparan, Doktor jebolan UIN Yogyakarta ini menandaskan bahwa bangsa yang tidak menguasai manuskrip akan mengalami keterputusan intelektual. Workshop Repositori Naskah Keagamaan Madura dijadwalkan empat hari, Selasa-Jumat (27-30/8). Kegiatan berlangsung di Hotel Arcadia Surabaya.
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Musthofa Asrori