Nasional

Novelis Ahmad Fuadi: Berkat Pesantren Saya Seperti Sekarang Ini

Sen, 11 November 2013 | 14:01 WIB

Jakarta, NU Online 
Menjadi seorang penulis itu tidak sulit, tapi tidak juga mudah. Tulislah hal-hal di sekitarmu terlebih dahulu sebelum  melangkah lebih luas. Sebab, menulis karya berangkat dari pengalaman.
<>
Demikian disampaikan novelis Ahmad Fuadi dalam peluncuran novel terbarunya, ‘Rantau 1 Muara’, pada penyelenggaraan ke-33 tahun Indonesia Book Fair (IBF) di panggung utama Istora Senayan, Jakarta, Ahad (10/11). 

Novel ini merupakan novel ketiga dari trilogi ‘Negeri 5 Menara’ (2009) dengan semboyan “man jadda wajada” (siapa sungguh-sungguh, dia berhasil) dan ‘Ranah 3 Warna’ (2011) dengan semboyan “man shabara dhafara” (siapa sabar, dia beruntung).

Novel terbaru ini menceritakan tentang petualangan hidup seorang Alif selepas kuliah. "Man saara alad darbi washala (siapa berjalan di jalannya, dia sampai di tujuan) adalah semboyan novel ketiga saya ini,” ujarnya.

“Tiga pencarian besar Alif dalam hidupnya selepas kuliah yang diceritakan dalam novel ini yaitu pencarian kerja, mencari jodoh, dan kemana akan bermuara setelah itu,” ujar nominator Khatulistiwa Literacy Award ini lagi.

Fuadi tidak memungkiri bahwa perkembangannya dalam menulis tidak terlepas dari kehidupannya di pesantren dulu. “Pendidikan di pesantrenlah yang membuat saya berkembang seperti sekarang ini,” tuturnya. 

“Pesantren menawarkan pengalaman dan pendidikan yang menarik dengan ditambah sahabat-sahabat saya yang luar biasa dan ketiga karya saya lahir dari tiga filosofi pesantren tersebut,” tambah alumni Pondok Pesantren Madani Ponorogo ini.

Acara peluncuran dilanjutkan dengan tanya jawab. Tiga penanya terbaik mendapatkan hadiah novel tersebut dari penyelanggara atas penilaian Ahmad Fuadi sendiri. (Fathoni/Mahbib)