Nasional HARLAH NU

NU DIY “Ngaji” Ronggowarsito

Sen, 20 Mei 2013 | 02:03 WIB

Yogyakarta, NU Online
Usai bedah buku tentang KH Hasyim Asy'ari “Penakluk Badai” yang diadakan oleh dalam rangka memperingati harlah ke-90 NU, PWNU DIY kembali mengadakan bedah buku yang ke-2 yang berjudul “Babad Carios Lelampahanipun Suwargi” karya R. NG. Ronggowarsito, di aula PWNU DIY.<>

Bedah buku kali ini, Jum’at (18/5) lalu, mendatangkan sejarawan, sastrawan dan budayawan yaitu Agus Sunyoto (sejarawan NU), Abdul Mun’im DZ (Wasekjen PBNU), M Jadul Maula (Lesbumi). Hadir beberapa pengurus NU, santri dan beberapa kader NU DIY.

“Pemilihan tokoh R. NG. Ronggowarsito ini bertepatan dengan tema harlah NU ke-90 yang diadakan oleh PWNU DIY yaitu ‘Mempertegas relasi Islam Aswaja-Budaya untuk Yogyakarta Damai dan Sejahtera’ karena antara Ronggowarsito, keraton ada kaitannya erat dengan para santri dan pesantren,” ungkap Fuad Mustafid, koordinator bedah buku.

“Oleh karenanya, sangat penting untuk mengkaji tokoh R. NG. Ronggowarsito. Mungkin kita hanya mengenal namanya saja dan beliau sebagai budayawan dan pujangga Jawa. Tetapi Ronggowasito tersebut mempunyai andil terhadap dunia pesantren,” ujar Fuad Mustaid.

Acara bedah buku tersebut dibuka oleh Rais Syuriyah PWNU DIY, KH Asyhari Abta. Ia menjelaskan, ajaran-ajaran R. NG Ronggowarsito ada kaitannya dengan ramalan Joyo Boyo. Dengan ajarannya tersebut kita dapat mengetahui apa yang akan datang kelak. 

“Semoga NU Yogyakarta semakin dinamis dan memberikan manfaat terhadap warganya,” ungkap KH. Asyhari Abta.

Mun’im DZ mengatakan, pesantran sangat terkait dengan tradisi budaya Yogyakarta, dan sebaliknya budaya Jawa ada kaitannya dengan pesantren.

“Bedah buku ini merupakan sebuah langkah yang bagus dan strategis untuk menghubungkan antara budaya Jawa atau Kraton dengan pesantren,” ungkapnya.

Jadul Maula lebih banyak menceritakan isi buku ‘Babad Carios Lelampahanipun Suwargi’. “Secara garis besar buku ini menarik karena saya mendapatkan informasi terkait Kraton, bagaimana pandangan hidupnya termasuk juga komitmen antara Kraton dan pesantren,” tandas budayawan NU ini.

Penulis Atlas Walisongo, Agus Sunyoto menerangkan biografi R. NG. Warsito. “Ia hidup pada pertengahan abad ke-19. Masa hidup beliau hampir pada situasi perang Diponegoro, itu yang sangat mempengaruhi karis beliau,” ungkapnya.


Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Sholikhin