Nasional

Pakar Tasawuf Nilai Penting Pertemuan Ulama Sufi Dunia

NU Online  ·  Selasa, 9 April 2019 | 23:30 WIB

Pakar Tasawuf Nilai Penting Pertemuan Ulama Sufi Dunia

Para ulama sufi dunia bertemu di Pekalongan, Jateng

Jakarta, NU Online
Pakar Tasawuf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sri Mulyati menyambut baik pertemuan para sufi dalam acara Konferensi Ulama Sufi Dunia di Pekalongan, Jawa Tengah, Senin-Rabu (8-10/4). Sri juga menilai pertemuan tersebut sebagi hal yang penting.

"(Saya) Menyambut baik dan penting," kata Sri kepada NU Online, Selasa (9/4).

Sri menilai penting karena dalam realitas kehidupan banyak orang lebih menggunakan akal dalam memandang dunia, namun para sufi lebih memilih mengaktifkan hatinya. "Sufi tidak mempunyai warna tertentu. Sufi ibarat air, warnanya mengikuti tempat yang ia tempati. Sufi selalu faham terhadap zaman," ucapnya.

Ia lantas menceritakan seorang sufi yang juga dianugerahi harta kekayaan berlimpah, Abdullah bin Mubarak, namun tetap berperilaku zuhud.

Menurutnya, ihwal kekayaan yang dimiliki Abdullah bin Mubarak yang di sisi lain sebagai seorang sufi ini sempat membuat ayahanda Fudhail bin Iyadh merasa muskyil.

Sang ayah lalu bertanya kepada Abdullah bin Mubarak, "Engkau menyuruh kami semua untuk berperilaku zuhud, tidak berlebih-lebihan, sementara dirimu sendiri bergelimang harta kekayaan. Bagaimana ini?".

Mendapati pertanyaan tersebut, Abdullah bin Mubarak menjawab dengan baik dan sangat bijak. Ia berkata, "Wahai Abu Ali (yaitu Fudhail bin Iyadh), aku bekerja ini (menjadi pedagang) agar aku mampu menjaga harga diriku. Harta yang aku miliki aku gunakan untuk taat dan beribadah kepada-Nya."

Dari kisah tersebut, sambungnya, hiruk pikuk dunia dengan segala isinya, bahkan kekayaan yang dimiliki tidak menghindarkan dirinya dari taat dan ibadah dengan hati yang tulus. 

Pertemuan ulama sufi dunia yang berlangsung di Pekalongan Jawa Tengah memutuskan membentuk forum sufi dunia dan untuk pertama kalinya Rais 'Aam Idarah Aliyah Jamiyyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Yahya secara aklamasi didaulat menjadi pemimpin forum tersebut.

"Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya," kata Habib Luthfi.

Tapi tidak cukup dengan itu, Habib Luthfi juga meminta kepada seluruh peserta untuk membantu menjadikan organisasi ini sebagai model organisasi Islam di dunia. "Kita melihat perkembangan dalam dunia Islam terbentuk hisbiyah, organisasi, nidzamiyah, kurang bisa kita harapkan memajukan Islam," ujarnya.

Sebab, katanya, menjadi pemimpin organisasi dunia bukanlah hal yang mudah, tetapi perlu kerja bersama. Bukan sekedar Universitas Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan tua di Timur Tengah, atau Suriah, atapun Sudan saja, melainkan seluruhnya.

"Jangan hanya memandang dengan pujian, tapi tolong dengan dakwah," pungkas Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu. (Husni Sahal/Muiz)