Nasional

PB PMII: Berdaulatlah, Bebaskan Indonesia dari Mafia Bola

NU Online  ·  Jumat, 22 Mei 2015 | 01:05 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mendorong langkah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang berupaya mereformasi tata kelola persepakbolaan di Tanah Air dengan membekukan Kepenggurusan PSSI dan PT Liga Indonesia.
<>
Ketua Umum PB PMII Aminudin Maruf mengatakan, penurunan prestasi sepak bola nasional akhir-akhir ini disebabkan oleh wadah yang menaunginya, yaitu PSSI, yang tidak bekerja secara maksimal dan profesional.

Hal tersebut, katanya, ditandai dengan ketidakjelasan waktu dan jadwal kick off kompetisi, transparansi pengelolaan keuangan liga, kepesertaan klub bola dalam Liga yang tidak layak, hingga pengaturan skor yang dilakukan oleh mafia bola, serta kekerasan dan kerusuhan antarsuporter.

“Apa yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Menpora) melalui hak dan kewajibannya saat ini sudah benar yaitu mereformasi tata kelola persepakbolaan Indonesia dengan membekukan kepenggurusan PSSI-PT Liga Indonesia,” ujar Amin dalam siaran pers, Kamis (21/5).

PB PMII berpandangan, jika permasalahan mendasar tidak segera dibenahi, ke depan pun prestasi sepak bola nasional akan berjalan di tempat dan tidak mempunyai integritas dalam meningkatkan prestasinya akibat jeratan mafia sepak bola, terutama kepentingan dan  keuntungan dalam mengatur skor hasil pertandingan sepak bola. Dalam hal ini, kedaulatan negara juga ikut dirongrong, karena tidak berdaulat dalam mengelola prestasi dan potensi warganya di dunia sepak bola.

PB PMII juga mendorong tim transisi yang dibentuk Kemenpora untuk bekerja cepat. Kemenpora mesti memaksimalkan peran wadah organisasi sepak bola (PSSI) agar tidak terjebak dalam kelompok kepentingan sesaat saja.

“Menciptakan roda kompetisi liga yang sehat bebas dari mafia bola, menciptakan dan mengoptimalkan potensi pemain sepak bola untuk peningkatan pencapaian prestasi di ajang nasional dan internasional,” tambahnya. (Mahbib)